Selasa, 25 Mei 2010

MENCARI TITIK TEMU DUA KUTUB BERBEDA


Tinjauan dua sistem pemerintahan,
Demokrasi Barat dan Khilafah Islamiyah
Oleh: Abu Gybran


Demokrasi
D
emokrasi (democracy) merupakan satu sistem politik dan sosial yang timbul di Barat. Sistem ini berasal dari peradaban Yunani kuno yang kemudian pengembangannya dilakukan oleh kebangkitan Barat modern dan kontemporer. Demokrasi telah membangun serta mengikat hubungan antar individu masyarakat dan negara yang sesuai dengan prinsip-prinsip persamaan antar negara. Dalam sistem ini rakyat merupakan sumber kekuasaan dan sumber hukum, sehingga rakyat dengan keikut sertaanya di dalam pengembangan demokrasi ini bebas dalam membuat aturan-aturan hukum yang mengatur kehidupan secara umum melalui wakilnya.

Kekuasaan rakyat menurut pandangan sistem demokrasi, baik langsung maupun tidak langsung adalah sepenuhnya milik rakyat dan melalui rakyat pula untuk mencapai kedaulatan rakyat, tujuan-tujuannya serta segala kepentingan-kepentingannya. Dalam hal ini kita bisa melihat, bahwa kekuasaan seluruhnya mutlak milik rakyat. Suara rakyat adalah suara Tuhan. Pandangan ini pertama sekali diperkenalkan oleh filsafat Yunani kuno, Aristoteles (384-322 SM) yang berpendapat bahwa Tuhan telah menciptakan alam kemudian dibiarkan berjalan, beradaptasi dengan tabiat dan hukum-hukum alam itu sendiri tanpa campur atau pengawasan Tuhan. Artinya bahwa sistem demokrasi secara sadar telah memisahkan antara urusan dunia dengan prinsip-prinsip agama.

Dalam kekinian, putaran roda pemerintahan, sistem perwakilan merupakan perangkat yang cukup ideal menjadi penyambung bagi demokrasi tidak langsung. Sedangkan peran serta tugas-tugas kekuasaan legeslatif adalah mengawasi dan meminta pertanggung-jawaban kekuasaan eksekutif yang telah ditentukan dan dipilih oleh rakyat melalui voting. Sehingga dengan demikian tujuan-tujuan demokrasi yang dicita-citakan rakyat bisa terwujud.

Lantas bagaimana dengan prinsip islam? Apakah sistem ini bisa diterima, ditolak, atau diterima tapi dengan beberapa catatan? Pertanyaan semacam ini sangat penting dan dapat dipastikan muncul dikemudian hari. Sebab bagi muslim sendiri tidak semuanya dapat menerima sistem demokrasi ini terlebih bagi mereka yang anti terhadap pola-pola barat.

Kalau kita kaji secara mendalam, bahwa prinsip didalam Islam tidak selalu menutup terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar, juga tidak selalu dapat menerima tanpa memahami terlebih dulu dan melakukan ijtihad.

Sebenarnya prinsip-prinsip demokrasi kalaupun ada perbedaan dengan prinsip-prinsip agama, dalam beberapa hal terdapat persamaan. Karena keduanya berkembang atas pengamalan manusia yang disesuaikan dengan kecerdasan berpikir, kebiasaan dan pengalaman termasuk didalam ber-ijtihad.

Ijtihad sebenarnya bentuk dari pemikiran dalam rangka pendekatan terhadap perubahan-perubahan asing yang masuk. Artinya ada upaya pendekatan untuk mencari titik temu persamaan. Hanya - disadari atau tidak - konsepnya sering menyimpang dari konsep yang telah digariskan oleh syar'i. Sebab dalam kekinian, banyak ditemukan sebuah pemikiran bahwa demokrasi sama dengan syura di dalam islam. Menurut saya, kalaupun ini disebut ijtihad atau hanya sebuah pendekatan untuk mencari titik persamaan, pemikiran ini telah menyimpang dari konsep ilahiah. Untuk mengetahui secara rinci, hal ini bisa diurai untuk mencari kejelasannya, apakah sama demokrasi dengan syura?

Ditinjau dari perangkat jalan dan sistem yang dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan antara demokrasi dan syura, sebenarnya keduanya merupakan sebuah pengalaman emperik manusia yang perkembangannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Dr. Muhammad 'Imarah dalam bukunya, Perang Terminologi Islam Versus Barat, menulis bahwa pengalaman yang diperoleh demokrasi dalam perkembangan peradaban Barat, kemudian melahirkan sistem perwakilan serta pewakilan melalui pemilihan, adalah pengalaman yang sarat dengan aset manusia. Diawal perkembangan islam, sistem perwakilan dan pewakilan ini ada dalam perangkat bae'at. Pengalaman inilah sebagai pendekatan titik temu antara keduanya, demokrasi dan syura islam.

Sementara titik pisahnya adalah demokrasi memandang bahwa kekuasaan dan kedaulatan adalah hak mutlak milik rakyat baik secara terbuka ataupun diserahkan kepada yang mewakili. Artinya bahwa kedaulatan dan kekuasaan negara adalah hak wewenang manusia sepenuhnya didalam pengaturannya tanpa campur tangan Tuhan. Batas-batas pemisahan kewenangan manusia dan Tuhan ini, dalam perkembangan Barat yang sekular dapat ditemukan pula dalam prinsip-prinsip Injil: "Hak kaisar untuk kaisar dan hak Tuhan untuk Tuhan".

Khilafah Islamiyah
Syura, didalam sistem Khilafah Islamiyah memandang bahwa kedaulatan hukum pada prinsipnya adalah hak wewenang Allah yang termanisfestasikan didalam syari'ah, buatan Allah, bukan hasil dari upaya manusia dan bukan karena proses atau pemberian alam. Sedangkan manusia dalam pembuatan hukum (kekuasaan legislatif) hanya berhak menjabarkan, merumuskan, mengembangkan, merinci prinsip-prinsip umumnya dengan tetap berpijak diatas hukum syari'ah ilahiah. Sedangkan ijtihad, sebagai kewenangan manusia didalam memecahkan persoalan-persoalan yang tidak atau belum didapat dalam ketetapan hukum syari'ah, tetap harus tunduk pada kerangka syari'ah. Kenapa? Karena hanya Allah-lah sebagai pemilik otoritas hukum. Sedangkan kedudukan manusia hanya sebagai orang yang memahami hukum.

Firman Allah; "Hanya milik-Nya hak menciptakan dan memerintah". (Al-A'raaf:54)

Dalam hal ini nampak jelas bahwa Allah tidak hanya sebatas pada penciptaan, tetapi juga memerintah yang tercermin di dalam syari'ah-Nya yang diturunkan kepada manusia agar dijadikan kerangka atau pedoman hidup. Dan Allah memerintahkan kepada manusia sebagai makhluk yang mengerti hukum untuk selalu berpegang kepada pedoman dalam hidupnya.

Fiman-Nya: "Dan berpegang teguhlah kalian kepada -hukum-hukum- Allah seraya berjama'ah, dan janganlah kalian berpecahbelah". (Ali Imran: 103)

Berkait dengan pemerintahan Khilafah Islamiyah, kedudukan khalifah bukanlah penguasa bumi melainkan seseorang yang membawa amanat kekhalifahan dari Penguasa langit dan bumi. Seorang khalifah dipilih dan disepakati - dengan kriteria yang ditentukan syar'i - oleh beberapa orang yang mewakili kepentingan rakyat (semacam formatur) melalui perangkat bae'at. Perangkat bae'at memuat ketentuan-ketentuan ikatan janji yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh khalifah dan umat dibawah tuntunan syare'ah.

Firman Allah: "Taatlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya dan pemimpin diantara kamu". (An-Nisa: 59)

Firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang ber-bae'at kepadamu, sesungguhnya mereka ber-bae'at kepada Allah. Tangan Allah diatas tangan mereka. (Al-Fath: 10)

Dalam ungkapan Muhammad Abduh (1849-1905) : "Manusia adalah seorang hamba bagi Allah sendiri dan penguasa atas segala sesutu setelah Dia".

Bahkan dalam sisi yang lain, islam telah masuk lebih jauh mengenai kedudukan manusia sebagai khalifah secara keseluruhan. Manusia bebas, berkemampuan, berkehendak dan berkesanggupan dalam kapasitasnya sebagai khalifah yang Maha Kuasa untuk menentukan jalan hidupnya. Apapun yang dilakukan manusia dalam perkembangannya selama masih dalam koridor syar'i, merupakan manisfestasi dari sebuah ketaatan. Dan Ke-khilafahan merupakan tuntutan syar'i yang harus ditegakan dalam sistem pemerintahan islam secara menyeluruh.

Allah telah memerintahkan kepada manusia untuk ber'amar ma'ruf dan nahi munkar, perintah ini tidak akan tegak kecuali dengan kekuatan berjama'ah dan ke-khalifahan. Maka jika sesuatu bergantung kepada perkara ini; artinya adalah wajib.

Penutup
Demokrasi dan Khilafah Islamiyah, merupakan dua kutub yang berbeda. Dalam pekembangan keduanya terletak pada kewenangan manusia dengan segala kecerdasannya. Tidak berlebihan juga jika ada upaya-upaya manusia untuk menyandingkan keduanya sebagai bentuk pilihan dalam tatanan kehidupan. Karena memang keduanya mempunyai tujuan yakni keteraturan.

Pendekatan - persamaan - sistem pemerintahan demokrasi dan khilafah islamiyah terletak pada sistem perwakilan dan pewakilan dalam menjalankan roda pemerintahan. Perkembangan keduanya merupakan sebuah pengalaman emperik manusia yang terus berkembang. Dan titik temu yang paling mendekati adalah keinginan pencapaian tujuan dalam keteraturan.

Pemisah - perbedaan - kedua sistem ini teletak pada prinsip dasar dan pada sistem pengangkatan seorang pemimpin sebagai orang yang mewakili rakyat dalam menata keteraturan.

Dalam sistem- prinsip dasar - demokrasi; (1) Kedaulatan dan kekuasaan mutlak milik rakyat. Seorang pemimpin dipilih oleh rakyat - guna menjalankan kekuasaan - baik langsung atau tidak langsung melalui voting pemilu. (2) Seorang pemimpin yang terpilih, sebagai mengemban amanat rakyat; menata keteraturan menuju pencapaian kesejahteraan duniawi tanpa melibatkan campur tangan Tuhan (agama). "Hak kaisar untuk kaisar dan hak Tuhan untuk Tuhan" (3) Kebebasan dalam segala hal dengan batasan-batasan hukum dari hasil pemikiran yang disesuaikan dengan tuntutan situasi dan kondisi (artinya sistem ini mempunyai keterbatasan-disesuaikan dengan situasi dan kondisi bergantung pada selera)

Dalam sistem - prinsip dasar - khilafah islamiyah; (1) Kedaulatan dan kekuasaan hak mutlak milik Allah. Manusia hanya faqih, yang memahami hukum. Perkembangan, pemahaman dan ber-ijtihad merupakan kewenangan manusia dengan tetap perpijak kepada syaria'h sebagai pedoman. (2) Seorang khalifah dipilih dan disepakati berdasar kepada kriteria syar'i melalui perangkat bae'at. (3) Seorang khalifah mengemban amanat Allah; menata keteraturan menuju pencapaian kesejahteraan dunia dan akherat berdasarkan syari'ah. "Tangan Allah diatas tangan mereka". (4) Kebebasan dalam segala hal dengan batasan-batasan syaria'h.

===================================

Sumber bacaa:

1. Perang Terminologi; Islam versus Barat, Dr. Muhammad 'Imarah
2. Tarjamah Al-Qur'an, Departemen Agama RI.
3. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw, KH. Moenawar Chalil
4. Berbagai Sumber............



Jumat, 21 Mei 2010

Diskusi : Menyoal Khilafah Islamiyah


Menyoal Khilafah Islamiyah
Oleh: Abu Gybran

Berawal dari status saya, Chaerudin Saleh (CHS) di Facebook mengenai kebrutalan Israel terhadap muslim di Palestina. sebagai berikut:

"Selama Khilafah tidak ditetapi kembali oleh kaum muslimin, selama itu pula Israel akan terus menindas rakyat Palestina. Bersatulah wahai saudaraku, selamatkan Palestina dengan Khilafah"

Status saya ini kemudian berkembang menjadi sebuah diskusi antara saya dengan sahabat saya, Heru Satrianto (HS) sebagai penanya. Dan saya berusaha semaksimal mungkin dan terusterang 'sangat hati-hati' menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan. Karena bagi saya, ini sangat penting. Sementara pengetahuan yang saya miliki tentang khilafah ini, masih jauh untuk dikatakan cukup. Kalau bukan karena kerinduan saya terhadap kehidupan Rosulullah saw dengan contoh khilafahnya kembali tegak dimuka bumi ini, bagi saya, lebih baik diam dan tidak berkata-kata.

HS:"Pak, khilafah yang anda maksud agenda utamanya untuk operasi militer melawan Israel?"

CHS:"Bukan,...khilafah adalah wadah kaum muslimin. Firman Allah: QS. Ali Imron:103, An-Nisa :59 dll...Taldzamu jama'atal muslimina wa imamahum (al- hadits)

HS: "Harus dalam bentuk negara? Terus yang diminta jadi kholifahnya siapa? Orang mana?"

CHS:"Bukan negara, sebab negara dibatasi dengan batas teritorial. Sementara khilafah adalah fil ardhi. Kalau negara yang semangatnya nasionalisme (ashobiyah) ya,...terkotak-kotak lagi. Kapan nyatunya? Kholifahnya? ya,..muslim, gak mesti orang Arab. ( ok, bro,..tunggu catatan saya mengenai Khilafah 'ala min hajin Nubuwwah)

(Tadinya saya berpikir untuk menyudahi diskusi ini dan menulisnya tersendiri pada catatan saya, karena difacebook terlalu sempit. Tapi sahabat saya 'tetap ngotot' dengan komentarnya).

HS:"Hemm,...kalau bersatu, saya rasa seluruh umat manusia memang harus bersatu pak. Saling tolong menolong, mensejahterakan satu sama lainnya, dsb. Memayu hayuning bawana.

CHS:"Tul,...ikatannya adalah khilafah (ini adalah model yang berikan oleh Allah dan Rosul-Nya). Selama ini,... yang ada cuma rebutan kekuasaan karena modelnya Demokrasi".

HS:"Ok, pak, tapi tolong sikap saya dalam mengkritisi khilafah jangan diartikan saya menolak persatuan umat islam. Seandainya Rosul masih hidup, buat saya tak masalah. Tanpa pikir panjang, akan saya dukung. Tapi karena beliau sudah tiada, lantas nasib umat diatur oleh satu golongan/satu orang, wah....nanti dulu.

HS:"Kalau kangjeng Nabi masih ada, pemerintahan satu tangan tak apa, pak. Tapi berhubung beliau sudah tiada, siapa yang bisa dipercaya? Demokrasi lebih baik, pak, dari pada pemerintahan dinasti turun temurun. Lihatlah fakta dunia ini. Rajapun butuh perdana menteri.

CHS:"Jama'ah wa Imamah (khilafah) merupakan perintah Allah dan Rosul-Nya. Tugas seorang imam adalah mengayomi umatnya dengan dibantu oleh Naibul Imam (pembantu imam) yang ditunjuk oleh imam. Selama baik, seluruh perintah imam wajib ditaati !.....khilafah adalah produk Allah. Sementara sistem demokrasi adalah produk Plato, Aristoteles dan Sokrates. Tentu saja dengan segala kekurangannya.

CHS:"Khilafah bukan kerajaan (dinasti) yang turun temurun itu. Seorang kholifah, dibae'at (QS. Al-Fath:10). Sementara sistem demokrasi (pemimpin) dipilih dengan suara terbanyak. Siapapun bisa jadi pemimpin termasuk pelacur sekalipun, yang penting dapat suara terbanyak. Kholifah punya kriteria, sebagaimana imam sholat dalam berjama'ah. Semua orang punya hak menjadi imam sholat, tapi ada etika yang harus diperhatikan.

HS:"Pak Chaer, tolong tunjukan ayat dalam Al-Qur'an yang memerintah umat islam didunia dewasa ini, harus dipimpin oleh satu orang. Dua ayat: Ali Imron:103 maupun An-Nisa: 59 tak ada hubungannya dengan khilafah. Ayat tersebut menekankan persatuan, dan memang harusnya begitu.

HS:"Sekarang gaya pemerintahan negara mana yang sebaiknya kita conrtoh? Iran? Irak? Emirat Arab? Saudi Arabia? Kuwait? Turki? Malaysia? Brunai?

HS:"Kriteria? Siapa yang dapat dipercaya membakukan penafsiran kriteria? Aliran Suni? Syi'ah? Wahabi? Salafi? Mazhab Syafi'i? Hambali? Hanafi? Maliki? LDII?

CHS:"Dalam surat Ali Imron:103, ada kata Jami'an artinya berjama'ah/bersama-sama. Sebanyak apapun orang berkumpul tidak dinamakan berjama'ah kalau tidak ada pemimpinnya (imam/kholifah). Sementara surat An-Nisa:59, ada kata ulil amri minkum pemimpin/kolifah/imam yang harus ditaati. Dua ayat ini saja sudah menunjukan sistem pemerintahan didalam islam; dengan berjama'ah dipimpin oleh seorang kholifa/imam yang wajib ditaati. Imam tidak bekerja sendiri, tapi dibantu oleh Naibul Imam (para pembantu imam).

CHS:"Gaya pemerintahan yang harus diikuti adalah Khilafah 'ala min hajin Nubuwah pemerintahan yang mengikuti jejak kenabian. Undang-Undangnya adalah syare'at islam, produk Allah. Sistem kenegaraan sekarang adalah sistem demokrasi yang sempit itu. Yang terbukti tidak mampu memberikan kenyamanan bagi umat manusia. Lihatlah negara yang katanya paling demokratis, AS, apa yang telah diperbuat oleh mereka? Penindasan terhadap yang lemah!

CHS:"Kriteria seorang kholifah sudah dicontohkan oleh Rosulullah saw (yang membakukan adalah Rosul sendiri, soal ini terdapat dibanyak hadits) yang pokok utamanya adalah dia harus muslim, dari golongan, bangsa atau siapapun dia.

HS:"Lha ya, maksud saya: Saat ini negara mana didunia yang bisa dijadikan teladan atau contoh model khilafah: Saudi Arabia dengan Wahabinya yang melarang wanita menyetir mobil? Afganistan zaman Taliban yang melarang orang main musik, nonton bioskop, memaksa jenggot? Iran dan Syi'ahnya? Turki dengan islam moderat sekulernya? Atau mana?

HS:"Selama kholifah dipilih berdasarkan perundingan badan-badan perwakilan, ya itu juga DEMOKRASI ( lawan dari monarci/otoriter). Negara-negara yang disebut negara islam pun sekarang mulai sadar dengan menggunakan sistem demokrasi, adanya banyak partai dsb. parlemen, republik, presiden dsb.

HS:"Ayat mana di Al-qur'an yang melarang demokrasi? Musyawarah untuk mufakat? Berunding bersama untuk memilih pemimpin? Adanya perwakilan rakyat untuk menentukan pimpinan? ayat mana?

HS:"Soal Ali Imron dan An-Nisa, ya, memang orang banyak harus ada pemimpinnya, pak. Agar bisa disebut sebagai sebuah organisasi. Jika tidak ada pemimpin, ya namanya kerumunan iseng belaka.

HS:"Amerika negara demokrasi yang memang sewenang-wenang, negara kuat memang cenderung begitu. Tapi bagaimana dengan negara-negara Eropa, Australia, Kanada, Jepang. Dunia hasanah? Ya, mereka itu hasanah. Rakyat sejahtera, HAM dihormati. Negara atas nama islam sekarang? Justru sering menindas rakyatnya sendiri. Lihat itu negara-negara Afrika dan contoh yang paling terlihat adalah Taliban, mereka bilang mengikuti sunnah Rosul, islam yang benar, dsb. Oya????

CHS:"ha,ha,ha,......anda harus bedakan PELAKU dengan syare'at islamnya. Yang nyuri sendal di masjid itu siapa? Gak semua orang islam itu baik terlebih jika sudah haus kekuasaan. Gerakan Taliban dan sejenisnya itu karena politik yang diusung bukan Syare'at Islam yang dikedepankan. Model seperti ini pasti hancur: Ikhwanul muslimin di Mesir, DI di Indonesia......"

CHS:"Musyawarah itu beda dengan demokrasi. Musyawarah dalam islam tidak mengenal voting. Sementara -musyawarah ala - demokrasi, berdasarkan suara terbanyak, kalaupun yang diusung itu salah karena banyak dipilih banyak orang ya,......akhirnya menang. Musyawarah dalam islam kalaupun cuma satu orang, tapi yang diusungnya adalah benar, maka satu orang itu bisa mengalahkan banyak orang. Model seperti ini tidak akan ditemukan dalam sistem demokrasi.

CHS:"Sahabat,......kalau kanjeng Nabi saw. masih hidup, saya pun gak usah repot-repot bertanya dan menjawab soal khilafah ini.

HS:"Justru itu, kawan, tidak jelas! Nggak ada contoh kontemporer-modern-konkrit dewasa ini. Gini aja dech, bung Karno pernah mengatakan: Barangsiapa menggenggam masa depan, dia akan menggenggam generasi muda. Kalau sistem khilafah itu bisa meyakinkan banyak orang bahwa punya prospek masa depan yang jelas, pasti banyak yang mau ikut".

HS:"Pak, negeri ini kacau bukan karena sistem demokrasi atau khilafah, tapi karena mental dan moral masyarakatnya. Indonesia itu sudah mayoritas islam. Bahkan terbesar di dunia. Tapi korupsi terbesar pula di dunia? Ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan langsung antara formalitas agama dengan perilaku manusianya.

CHS:"Ha,ha,ha,....Contoh paling konkrit mengenai khilafah ini justru telah dipraktekan olah Nabi saw. dan para shabatnya. Dan khilafah ini setelah 500 tahun berjaya, terakhir di Turki, 23 Maret 1924, konsep khilafah ini ditinggalkan oleh umat islam. Kenapa? Kata Nabi saw. nanti kalian akan tergiur oleh kilau duniawi. Jumlah kalian besar, tapi laksana buih dilautan. Cinta dunia dan takut mati. Musuh islam tidak suka dengan khilafah sebagai pemersatu umat islam. QS. Al-Baqoroh:120. Sahabat,...saya 'kan sudah bilang, negara islam belum tentu melaksanakan syare'at islam dalam pemerintahannya. Kalau ada contohnya sekarang ini, saya gak repot-repot mengangkat persoalan ini. Terima kasih anda telah peduli berdiskusi dengan saya mengenai khilafah ini. Saya merindukan khilafah tegak kembali, saya rindu nuansa kehidupan Nabi saw dan para shabatnya.

CHS:"Ha,ha,ha,...mayoritas islam itu bukan jaminan, bahwa umat melaksanakan islam secara kaffah. Kebejatan moral, korupsi dll. peredamnya cuma satu; kembali kepada islam secara kaffah.

HS:"Saya rasa yang harus didorong adalah rasa empati dan simpati antar umat islam sendiri. Walaupun banyak orang ngotot bahwa islam itu satu, kenyataannya model islam itu beragam. Jadi saya pikir, dalam perbedaan, antar muslim harus mau mengenal perbedaan satu sama lain dan harus tetap dikembangkan semangat persatuan walau tidak dalam satu kendali pemerintahan, karena dewasa ini sudah terlalu 'parah' perbedaan penafsiran tentang berislam yang benar. Namun saya sangat optimis masih bisa bersatu, toh kitab suci sama, prinsip-prinsip dasar juga sama. Selama kita bisa menghargai satu sama lain, kita pasti bisa bersatu".

HS:"Soal Israel? itu cobaan Tuhan. Dalam pepatah jawa ada istilah: 'Wolak-walike zaman'. Umur Israel belum seratus tahun 'kan? nanti juga bubar. Seperti Romawi, Iggris Raya, Yunani, USSR, dsb.

HS:"Tapi saya senang diskusi sama anda. ada perasaan aman dan bebas mengutarakan pendapat. Makasih kawan, teruslah berjuang lakukan yang menurut anda mulia dan ideal. Prinsipnya, saya mendukung koq, masyarakat yang islami".

CHS:"Allaaaaaahu Akbar!!!!......"

HS:"Allahu Akbar, sahabatku".

.............................................................................................................................................

Saat diskusi berlangsung, banyak pesan yang masuk kepada saya. Ternyata banyak sekali sahabat-sahabat yang lain, yang sudah mengenal khilafah. Hanya saja, mayoritas diantara mereka merasa pesimis khilafah bisa ditegakan kembali tanpa embel-embel politik. Dan menurut saya ini wajar, karena ada golongan/partai/organisasi yang memperjuangkan khilafah, yang ujung-ujungnya hanya politik (kekuasaan) yang menyimpang dari pola Allah dan Rosul-Nya, bukan karena Allah. ***

................................................................................................................................................

KHILAFAH 'ALA MINHAJIN NUBUWWAH

Dunia Islam kini makin terpuruk, dimana-mana muslimin menjadi objek musuh-musuh Islam ibarat hidangan yang diperebutkan. Kekayaannya dieksploitir, sumberdaya umatnyapun dibuat impoten. Mulut muslimin bungkam, tidak mampu menyuarakan kebenaran ketika ditekan, diintimidasi dan dibantai. Tak mampu tegak walau sekadar untuk mengadakan pembelaan diri. Bahkan saat beberapa negeri islam dihancurkan secara ilegal dengan terang-terangan dihadapan mata seluruh dunia, muslimin tetap diam, terbelenggu dalam ketidakberdayaan. Hampir-hampir muslimin menjadi umat yang dayus !

Al-Qur'an Surat Al-Anfal ayat 73 mengingatkan bahwa orang-orang kafir berkomplot saling mendukung dalam memperjuangkan ide-ide kekafirannya. Jika umat islam tidak kompak dan bersatu padu, maka yang akan terjadi adalah fitnah di muka bumi dan fasad (kerusakan) yang besar. Demikianlah gambaran nasib yang sedang menimpa umat islam hari ini, contoh konkrit akibat tidak tegaknya kehidupan ber-JAMA'AH dan ber-IMAMAH, satunya pimpinan bagi dunia islam atau Khilafah 'ala minhajin Nubuwwah

Al-Qur'an sebagai guidance (hudan) bagi semua manusia, memberikan petunjuk dan arah, bahwa peradaban yang harus dibangun manusia adalah kehidupan yang didasari iman kepada Allah subhanahu wa ta'ala serta dipenuhi kebaikan dan rahmat. Dan bagi muslimin tidak ada jalan lain kecuali mengikuti semua langkah Rosulullah saw. sebagai qudwah dan uswahnya.Ittiba' yang dilandasi niat ikhlas, khusyu dan tawadhu kepada Allah 'azza wa jalla.

Sejarah pengingkaran makhluq kepada Allah diabadikan dalam Al-Qur'an. Iblis menjadi makhluk hina, sesat dan terkutuk karena kepiawaiannaya mengedepankan retorika dan logika dan mengesampingkan iman serta keikhlasan dalam menerima Allah subhanahu wa ta'ala.***

(dikutip dari ringkasan buku "Khilafah 'ala min hajin Nubuwwah"- Wali Al-Fattaah)

Selasa, 18 Mei 2010

Kisah: Air Mata Seorang Ayah


Oleh: Abu Gybran

Kecintaan seorang ibu terhadap anaknya sering dilukiskan bagai kasih sepanjang zaman. Tidak lekang karena panas dan tidak luntur karena hujan. Bahkan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya sulit dicari bandingannya. Lantas bagaimana kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya? Setahu saya, ayahlah yang biasanya 'ngotot' menginginkan kelahiran seorang anak dalam sebuah rumah tangga. Tapi dalam hal ini (urusan anak) saya menyaksikan kasih sayang seorang ayah sering dinomor duakan. Alasannya; ayah tidak selembut ibu. Benarkah demikian?..........

Adalah seorang ayah yang usianya sudah tidak muda lagi. Telah mendapatkan sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang dirindu dan dinantikan kelahirannya. Kegembiraan dan rasa syukurnya tak henti-hentinya dipanjatkan kepada sang Maha Pencipta yang telah memberikan kepadanya seorang bayi laki-laki dari seorang isteri yang amat dicintainya, Mariyah binti Syam'un. Seorang gadis bekas budak seorang raja Muqauqis, raja Mesir, yang dihadiahkan dan kemudian dinikahinya.

Bayi laki-laki itu diberi nama Ibrahim. Karena kemiripan wajahnya dengan sang ayah, Ibrahim sangat dicintai ayahnya. Dalam pertumbuhannya kecintaan ayah semakin menjadi-jadi. Betapa tidak, karena sekian lama dia mengharapkan kelahiran anak laki-laki.

Sebenarnya sang ayah disamping telah mempunyai beberapa anak perempuan, pernah pula mempunyai dua anak laki-laki, Al-Qosim dan Abdulah dari isteri pertamanya. Namun Allah telah memanggil keduanya sewaktu masih kecil.

Dalam kesibukannya, setiap kali selesai melaksanakan tugas, maka selalu disempatkannya untuk menggendong dan bercanda dengan Ibrahim yang lucu dan menggemaskan. Kehebatan sang ayah adalah pandai membagi waktu untuk keluarganya khususnya pada anaknya yang amat dicintainya itu, padahal tugas dan pekerjaannya sangat padat.

Akan tetapi kecintaan sang ayah kepada puteranya tidak dikekalkan oleh Allah. Sang Maha Pencipta telah berkehendak lain. Ibrahim jatuh sakit.

Ketika mengetahui puteranya sakit, dia amat tidak berdaya, seluruh tubuhnya menjadi lemas, bahkan untuk berjalanpun dia harus berpegangan pada sahabatnya yang setia, Abdurahman bin 'Auf.

Dalam sakitnya Ibrahim yang semakin parah itu, dia berusaha untuk menggendongnya. Dipeluknya Ibrahim dengan kedua tangannya yang gemetar. Kemudian diletakan dalam pangkuannya. Karena saking terharunya, sehingga air mukanya berubah menjadi muram. Dalam kepasrahannya dia berkata:

"Sesungguhnya aku, hai Ibrahim tidak mampu menolong, sesungguhnya engkau dari Allah"

Tanpa disadarinya, air mata yang tadinya berusaha dibendung tak tertahankan lagi. Mengalir membasahi pipinya. Sementara ajal telah menghampiri Ibrahim dan Allah telah memanggilnya. Ibrahim meninggal dalam pangkuan sang ayah yang sangat mencintainya. Ibunyapun menangis, meratapi puteranya yang masih dalam pangkuan suaminya. Dan diapun membiarkan isterinya menangis.

Ketika Ibrahim sudah benar-benar tidak bergerak lagi, air matanya semakin deras dan tanpa satu suarapun yang keluar dari mulutnya. Kemudian dia berkata kepada puteranya yang telah meninggal itu dengan pelan sekali yang hanya terdengar oleh orang yang ada didekatnya;

"Hai Ibrahim, jika ini bukan perintah yang benar dan janji yang betul dan sesungguhnya kami yang terkemudian akan menyusul orang-orang yang mendahului kami, niscaya kami akan berduka cita terhadap kematian engkau yang lebih sangat dari ini"

Kemudian dia diam sejenak dengan tenang dan selanjutnya berkata lagi;

"Bahwasannya mata berlinang dan hati berduka cita, dan kami tidak berkata melainkan apa yang diridhoi Tuhan kami, dan sesungguhnya kami sangat berduka cita, sebab berpisah dengan engkau, hai Ibrahim"

Oleh karena kedukaan dan tangis sang ayah, terlihat demikian jelasnya oleh orang-orang yang berada disekitarnya saat itu, maka ada salah seorang yang berkata; "Mengapa engkau menangis, bukankah engkau pernah melarang kami menangisi orang yang mati?"......

Mendengar ini maka diapun menjawab:

"Aku tidak pernah melarang berduka cita, tapi yang aku larang adalah mengangkat suara dengan menangis. Bahwasannya apa-apa yang kalian lihat kepadaku, adalah bekas yang terkandung didalam hati dari rasa cinta dan kasih sayang. Barang siapa yang tidak menyatakan kasih sayang, orang lain tidak akan menyatakan kasih sayang terhadapnya".

Dengan penjelasan ini maka terdiamlah orang-orang yang ada pada saat itu. Dan hebatnya lagi, ketika dia melihat isterinya sangat berat melepas kepergian anaknya, maka diapun berusaha menghibur untuk meringankan dukanya. Dalam keadan dirasa sangat sulit, hatinya tetap tegar dalam kepasrahan terhadap Al-Kholiq. Kepergian putera yang amat dicintainya tidak menggoyahkan keimanannya sedikitpun.

Air mata ayah untuk anaknya dalam hal ini sulit dicari bandingannya. Kelembutannya tidak kalah dari seorang ibu. Kasih serta sayangnya begitu besar mengantarkan kepergian anaknya kepada yang Maha Kekal. Ayah itu bernama Muhammad saw........***




Rabu, 12 Mei 2010

Gybran Suka Baca Cerita Dan Sepak Bola


Oleh: Abu Gybran

Namanya Qadhafi 'Gybran' Gibraltar. Walau usianya baru  8 tahun, anakku yang kedua ini sudah duduk di kelas tiga Sekolah Dasar.

Gybran ini sangat berbeda dengan kakanya, Mitsuko, dalam prestasinya di sekolah. Sekalipun selalu naik kelas, tapi dia belum pernah dapat ranking di tiga besar. Hehehe.....kalau nakal dikelas dia jagonya. Hal ini berdasarkan laporan kakanya.

Kelebihannya, dia suka baca cerita, makanya tidak heran kalau Gybran sudah pandai baca puisi. Dan satu lagi, soal sepak bola, jangan ditanya dia amat suka olahraga yang satu ini. Bahkan nama-nama pemain sepak bola yang lokal maupun yang internasional, dia banyak tahunya. *** 

Kamis, 06 Mei 2010

NAGATA CALON PRESIDEN





Anakku yang satu ini sangat menggemaskan.

Nagata pernah cerita padaku;"Bapak, kalau aku besar nanti, aku ingin menjadi presiden. Nagata ingin negeri ini bebas dari pada korupsi. Nagata malu kalau dengar dinegeri ini masih saja ada rakyat yang busung lapar dan bergizi buruk. Nagata ingin membebaskan negeri ini dari belitan hutang luar negeri".

Semoga,......tercapai anakku.....