Jumat, 08 Februari 2013

Cari Kerja Itu Susah, Kawan....!!!

Peran Serikat Buruh Untuk Anggotanya
Agar Mampu Hidup Mandiri
Oleh: Abu Gybran

Ini soal cerita seorang teman yang mencari pekerjaan setelah mengalami PHK di perusahaan tempatnya kerja dahulu. Menurutnya, dia sudah memasukkan lamaran kerja ke lebih dari sepuluh perusahaan lain tapi hasilnya nihil. Alasannya sama kenapa dia tidak diterima kerja di perusahaan lain yaitu usia yang sudah tidak muda lagi. Padahal menurut pengakuannya, dia baru berusia 45 tahun. Sementara secara umum batasan rata-rata perusahaan dalam merekrut karyawannya adalah maksimal 24 tahun. Jadi, wajar saja kalau kemudian dia sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang baru kalau hanya mengandalkan kerja di pabrik lagi.

Sebut saja namanya Sukamta. Sebelum di PHK pada bulan Januari 2013 lalu, dia adalah buruh pabrik yang memproduksi sepatu yang mereknya paling kesohor di negerinya Barack Obama. Pabrik sepatu yang terletak di Tangerang Barat itu, menurut Sukamta telah melakukan PHK sebanyak 20 % dari total buruhnya 6000 orang.

Dalam tulisan saya ini, saya sedang tidak ingin mengulas masalah PHK-nya. Saya hanya ingin membicarakan masalah buruh setelah di PHK. Sebab menurut saya bukan hanya Sukamta yang mengalami 'derita' setelah di PHK. Kesulitan mencari pekerjaan kembali tentu dialami juga oleh buruh-buruh korban PHK lainnya.

Saya juga sedang tidak ingin membicarakan, kenapa di awal tahun 2013 ini banyak perusahaan yang mem-PHK buruhnya dan kenapa pula (setidaknya) 129 perusahaan di Banten mengajukan dan telah disetujui oleh pemprov untuk menangguhan UMK 2013. Saya fikir ini masalah lain, masalah yang lajim terjadi disetiap tahunnya.

Tapi saya ingin mendalami sejauhmana para pejuang buruh dan pemerintah terkait memberikan 'bekal' kepada buruh yang apabila di PHK mudah kembali mendapat pekerjaan. Dalam hal ini kadang buruh tertipu oleh iming-iming besaran pesangon yang ditawarkan oleh pengusaha. Padahal pesangon hanya bisa dinikmati sesaat saja.

Kadang pula buruh pun sering terlena dengan pekerjaannya sebagai buruh pabrik. Mereka jarang sekali berfikir bahwa suatu waktu PHK itu bisa terjadi. Sehingga praktis buruh tidak mempunyai keahlian lain selain kerja dipabrik.  Masih beruntung Sukamta, setelah di PHK uang pesangonnya dijadikan modal dagang kecil-kecilan di rumah kontrakannya. Dia masih tertolong karena istrinya masih kerja di pabrik sehingga tidak terlalu pusing memikirkan kebutuhan sehari-hari.

Sepanjang yang saya tahu, selain dagang kecil-kecilan paling sohor mantan buruh pabrik itu jadi tukang ojek. Saya tidak bermaksud untuk merendahkan pekerjaan tukang ojek ini, sebab apa pun pekerjaannya yang terpenting adalah halalnya. Tapi saya hanya ingin mengajak berfikir; bagaimana kalau mantan buruh pabrik berfikiran sama setelah di PHK jadi tukang ojek? Sebab hanya pekerjaan inilah yang dianggap layak dan tidak terlalu membutuhkan keahlian, yang penting bisa mengendarai motor, maka jadilah tukang ojek. Nah, jika tiap tahun tukang ojek terus bertambah, saya yakin akan menjadi persoalan yang baru kedepannya.

Cara-cara berfikir buruh memang sudah terpola ketika mereka masih menjadi buruh. Ini karena desakkan pekerjaan yang banyak menyedot tenaga sehingga kesediaan untuk berfikir selain pada pekerjaan pabrik nyaris sudah tidak ada lagi. Buktinya ketika ada penawaran lain selain dari hasil upah pabrik, banyak buruh yang menjadi korban Koperasi Abal-Abal, semisal Koperasi Langit Biru yang menjanjikan bonus besar dengan modal yang sedikit. Kenapa banyak buruh pabrik yang menjadi anggotanya? Soalnya gampang dan gak perlu mikir ribet-ribet; tinggal menyimpan sejumlah uang dan tunggu bonusnya.

Waduh,.....kenapa sampai ngomongin Koperasi Langit Biru segala yang telah menipu ribuan orang itu ya? Hehehehe.....saya hanya ingin menyampaikan bahwa terkadang buruh hanya ingin mencari jalan yang gampang saja untuk memoles peningkatan hasil kerjanya disamping hasil upah dari pabrik.

Kembali kepada persoalan utama. Pernah tidak sih Serikat Buruh memberikan pembekalan atau pelatihan kerja diluar pekerjaan rutin sebagai buruh kepada anggotanya? Menurut saya ini penting dan sangat mendesak untuk dilakukan. Tujuannya agar buruh tidak kebingungan pasca PHK untuk usaha yang lain. Buruh sudah siap dengan keahlian yang lain. Tentu hal ini akan sangat membantu bagi mereka yang menjadi korban PHK. Saya sangat bersyukur jika hal ini sudah dilakukan oleh Serikat Buruh, itu artinya kedepan buruh sudah bisa hidup mandiri. Cari kerja itu susah, kawan....!!! Saat sekarang ini untuk mendapatkan kerja itu harus melalui calo, artinya harus bayar. Belum lagi usia tua yang tak bisa dihindari yang membuat peluang kerja di pabrik makin rendah. Setidaknya ini yang di alami oleh kawan kita Sukamta itu.

Dulu, ketika Forum Solidaritas Buruh Serang (FSBS) masih hidup dan sehat (sekarang mati suri), saya masih ingat ada salah satu program kerja yaitu memberikan pelatihan 'menulis buku' kepada buruh. Secara tidak langsung ini mampu memberikan keahlian lain kepada buruh. Buktinya mereka ternyata banyak yang mempunyai bakat menulis. Bahkan FSBS berhasil menerbitkan sebuah buku yang luar biasa. Buku yang diberi judul "Bicaralah Perempuan", merupakan kumpulan tulisan kawan-kawan buruh. Dan jika ini terus diasah, saya yakin akan banyak lahir penulis-penulis hebat dari buruh.

Bahkan FSBS pun pernah memberikan pelatihan cara pengembangan budi daya jamur. Walau hanya sesaat tapi ini pernah dilakukan. Dan keahlian seperti ini bisa terus dikembangkan diluar pekerjaan rutin sebagai buruh. Artinya buruh tidak perlu pusing cari kerjaan jika dipecat jadi buruh oleh pengusaha. Buruh bisa hidup mandiri, saya yakin ini adalah dambaan bagi semua orang.

Pelatihan menulis buku dan pengembangan budi daya jamur itu hanya sebagai contoh saja, sebab masih banyak jenis pekerjaan-pekerjaan lain yang bisa diterapkan atau diberikan pelatihannya kepada buruh. Bergantung seberapa besar peran serta keinginan. Serikat Buruh dalam mensejahterakan anggotanya untuk bisa hidup mandiri kedepannya. Jika saja hal ini bisa diwujudkan oleh Serikat Buruh tentu hal ini akan memberikan dampak positif atau setidaknya akan menghapus stigma negatif pada buruh bahwa; buruh itu tidak hanya bisa berdemo saja tapi juga mampu hidup mandiri tanpa harus terus bergantung pada kebaikan hati pengusaha.

Tidak ada komentar: