Minggu, 25 Agustus 2013

Ngariung Makan Bersama Buruh PT. Pearland Balaraja

Oleh: Abu Gybran

Ketika saya mengambil gambar ini, sebenarnya saya tidak sampai hati untuk mengabadikannya. Tapi inilah barangkali saat-saat terakhir dimana saya harus menyaksikan mereka dengan segala kebesaran hati. 

Ngariung makan bersama buruh PT. Pearland merupakan acara spontanitas mereka lakukan disaat istirahat makan siang. Walau perpisahaan itu sudah ada didepan mata, mereka masih sempat bercanda dengan berseloroh bahwa ini adalah makan terakhir bersama.

Dengan diiringi alunan musik dari daerah sunda yang mereka putar dari telepon seluler, acara ngariung itu terasa hidmat. Sungguh mereka benar-benar berbesar hati seakan tidak ada masalah dengan yang bakal terjadi. Saya menangkap dari raut wajah mereka, bahwa mereka berusaha untuk tetap tegar. Dan mereka berusaha untuk menyembunyikan kata pisah. Ya, mereka akan tetap bersama walau tak bersama. Kenangan yang tak mungkin dilupakan.***

Surat Terbuka Untuk Buruh PT. Pearland Di Balaraja

Oleh: Abu Gybran

Surat ini saya sampaikan untuk kawan-kawan buruh PT. Pearland di Balaraja, Tangerang. Kawan, kita telah mendapatkan hak-hak kita dari perusahaan, namun kenyataan pahit tetap saja harus kita terima. Sesuatu yang sama sekali tidak kita kehendaki dan kita telah berusaha semampu kita untuk menghindarinya. Dan hal serupa pun telah dilakukan oleh perusahaan untuk tetap berdiri, namun tetap saja kita harus menghadapi ini bersama-sama.  Di Balaraja, langkah perusahaan harus terhenti.............

Saya tidak ingin mengatakan bahwa surat ini sebagai surat perpisahan. Kita akan tetap bersama-sama walau tidak lagi pada kendaraan yang sama nanti. Hati kita akan selalu terpaut. Puluhan tahun kita bersama. Rasa-rasanya tidak mungkin persahabatan yang terbingkai kekeluargaan antara kita sebagai buruh dan pengurus perusahaan pudar begitu saja dalam benak hati kita. Saya percaya persahabatan kita akan selalu ada dan tidak akan terputus hingga ajal menjemput.

Kawan, sekalipun perusahaan dimana kita bersama meraup rizki didalamnya sudah tidak ada lagi, bukan berarti rizki kita ikut terputus. Tidak kawan. Puluhan tahun kita berkarya di perusahaan akan menjadi pengalaman yang sangat mahal dan berharga buat kita. Diluar sana kita bisa mengembangkan pengalaman kita untuk kehidupan selanjutnya. Asal kita mau berusaha dan memang harus tetap berusaha. 

Tidak ada gunanya memendam kekecewaan, sebab kita sama-sama tahu dan kita bersama telah memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Kita menyadari segala bentuk apapun di dunia ini ada batas dan akhirnya. Dan akhir yang baik itu bergantung bagaimana kita menyikapinya. Ikhlas bahwa segalanya akan berakhir, percayalah kawan, kita tidak akan mendapati kekecewaan itu.

Kata ikhlas adalah kunci untuk saling memahami dan memaafkan. Kita sebagai buruh tidak selalu benar, bisa jadi banyak kekurangannya. Begitu pula pengurus perusahaan sebagai mitra kerja. Namun tidak ada salahnya kita mengucapkan kata terima kasih pada pemilik perusahaan yang telah memberikan peluang kerja pada kita. Kata yang paling indah sebagai ungkapan rasa syukur kita selama puluhan tahun dalam kebersamaan baik suka maupun duka. 

Kawan, berat memang dan tidak mudah apa yang bakal kita hadapi dikemudian hari. Kita dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sangat jauh berbeda dengan masa lima atau sepuluh tahun kebelakang. Diantara kita dan memang rata-rata sudah berkeluarga. Bersama kita sudah ada suami, isteri dan anak-anak kita yang menjadi tanggung jawab kita. Apapun yang terjadi, kita harus tetap menjaga agar senyum suami, isteri dan anak-anak kita tetap mengembang. Tentu saja kita harus tetap melanjutkan sisa perjalanan walau jalan yang kita tempuh sudah berbeda. Kita terpaksa berpisah diakhir hampir penghujung jalan. Kita harus menyelesaikan perjalanan yang tersisa sendiri-sendiri.

Sekali lagi saya ingin menyampaikan; surat ini saya tulis bukan sebagai tanda perpisahan. Namun dengan berat hati saya ingin menyampaikan kata pisah pada kawan-kawan jika memang dikemudian hari kita benar-benar berpisah. Kata hati yang teramat dalam. "Selamat melanjutkan langkah untuk perjalanan yang masih tersisa. Langkah yang dibarengi rasa optimis dan keyakinan yang mantap, bahwa Tuhan tidak akan membiarkan hidup kita menjadi susah. Tuhan cinta pada hamba yang tetap berusaha walau didera ujian berat sekalipun. Selamat jalan kawan-kawan tercinta.........!!!"

Sabtu, 24 Agustus 2013

Bagi Buruh, Upah Bukan Berarti Segalanya

Oleh: Abu Gybran

Judul tulisan saya ini barangkali tidak populer, bahkan mungkin terkesan 'menyepelekan' kebutuhan pokok buruh yakni upah. Dalam tulisan ini saya hanya ingin berbagi dengan siapa saja yang menghendaki perubahan dalam menata hidup untuk mendapatkan ketenangan dan ketentraman sehingga sampai pada tujuan; bahagia. Ini mengenai pengalaman saya ketika saya menjabat HRD & GA (Human Resources Development & General Affair) atau pengembangan SDM ditempat saya kerja hingga saat ini. Walau saat sekarang ini saya sudah tidak lagi menjabat HRD & GA, tapi setidaknya banyak pengalaman positif yang bisa saya petik sehingga cara berpikir saya lebih luas saat menghadapi permasalahan perburuhan. (hehehehe....kedengarannya sedikit agak lebay)

Saya ingin bicara sejauh mana buruh betah bekerja disuatu perusahaan. Apa saja sih yang membuat buruh atau pekerja betah dan nyaman dalam bekerja? Saya yakin buruh akan menjawab langsung, yaitu upah yang layak. Kalau jawabannya benar hanya upah yang layak yang membuat buruh betah dan nyaman bekerja; tapi faktanya banyak perusahaan yang buruhnya keluar masuk. Ya, keluar masuk padahal buruh sudah mendapatkan upah yang layak. Dalam hal ini saya tidak ingin mengatakan bahwa upah layak itu tidak penting tapi disamping itu ada hal lain yang membuat buruh betah dan nyaman bekerja. (sory bro, bukan menggurui)

Saya berani mengatakan bahwa buruh bisa setia pada perusahaan bergantung bagaimana perusahaan dan pimpinan atau atasan memperlakukan buruhnya. Artinya untuk mendapatkan kenyamanan kerja yang membuat buruh betah dan setia pada perusahaan, buruh tak selalu membutuhkan uang yang didapat. Hal ini yang sering dilupakan oleh para pimpinan atau atasan terhadap buruhnya. Bahkan kadang yang membuat saya merasa miris, atasan gak mau tahu; pokoknya buruh atau pekerja harus mendapatkan hasil kerja sesuai target yang telah ditentukan. Menurut saya instruksi semacam ini sungguh sangat menyeramkan.

Disamping upah yang layak, setidaknya ada 4 hal yang harus diperhatikan oleh pengurus perusahaan. Bahkan 4 hal ini jarang sekali menjadi tuntutan buruh ketika melakukan aksi atau demo terhadap perusahaan.

Pertama adalah komunikasi
Saya tidak habis pikir bagaimana seorang pimpinan bisa melakukan kerja sama dengan bawahanya tapi jarang melakukan komunikasi. Pastinya akan sulit membangun hubungan yang baik untuk saling mempercayai. Melakukan komunikasi yang cukup dengan bawahan terutama mengenai keterkaitan dengan pekerjaan, setidaknya buruh akan merasakan bahwa dirinya merupakan bagian yang terpenting diperusahaan.

Tidak akan mengurangi kewibawaan pimpinan ketika berbicara dengan jujur dan terbuka pada bawahannya selama masih dalam koridor manajemen. Hal kecil saja, saat menyapa, menegur dan berdiskusi dengan buruh dengan cara yang elegan dan sopan serta tidak mengedepankan power jabatan bahwa saya adalah atasan, maka buruh akan 'terbeli' hatinya. (ada lho bro, seorang pimpinan kalau diskusi sama bawahanya gak mau ngalah, padahal salah....hehehe).Yang harus disadari oleh pimpinan adalah setinggi apapun posisi jabatan bahwa pekerjaan bawahan berkaitan dengan kepentingan pekerjaannya.

Kedua adalah konsistensi
Tidak sedikit buruh yang berhenti di perusahaan karena dirinya merasa disepelekan. Walaupun hal ini tidak diungkapkan pada atasannya. Artinya buruh tidak mendapatkan perhatian yang baik dilingkungan perusahaannya. Sehingga buruh merasa sendiri ditengah-tengah kesibukan produksi. Kalau situasinya seperti ini, siapa sih yang betah bekerja?

Tidak konsisten-nya pimpinan dalam membuat instruksi pekerjaan kepada buruhnya, sering berubah-rubah, maka hal seperti ini akan membuat buruh menjadi kurang percaya diri. Buruh akan merasa bahwa pekerjaanya selalu dianggap salah. Padahal yang salah adalah instruksi pimpinan yang tidak konsisten. Sikap konsisten pimpinan akan ditiru oleh bawahannya. 

Ketiga adalah peluang
Penting artinya ketika pimpinan perusahaan memberikan peluang kerja besar kepada buruhnya. Beda jauh ketika pimpinan memberikan peluang kerja besar dengan hanya janji kosong (omdo,emang enak dikibulin? hehehehe). Ketika pimpinan berusaha menaikkan kinerja bawahannya dengan janji-janji posisi jabatan yang bakal didapat, yakinlah bahwa hal ini tidak akan berhasil. Sebab bawahanpun bisa menilai kesungguhan serta komitmen pimpinan. Pimpinan yang bijak adalah tidak pelit terhadap ilmu dan tidak takut jabatannya bakal digantikan oleh bawahannya. Sehingga dalam prakteknya buruh senantiasa diberikan kepercayaan untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dalam bimbingannya. Buruh tidak dibiarkan sendiri ketika menghadapi masalah yang timbul.

Memberikan peluang kerja yang besar secara merata kepada buruh merupakan hal yang tepat. Setidaknya kedepan pengurus perusahaan akan bisa melihat siapa saja yang bisa memanfaatkan peluang yang telah diberikan.

Sosok HRD yang baik
HRD yang baik adalah yang senantiasa memperhatikan kinerja, kredibilitas dan masalah yang dialami buruhnya. Sebab kepemimpinan HRD merupakan garda terdepan bagi sebuah perusahaan. Harus turun kebawah bukan cuma duduk dikantor yang ber-AC dengan pura-pura sibuk. Saya berani mengatakan hal ini karena memang faktanya yang saya tahu demikian. Saya tahu dari teman-teman buruh di perusahaan-perusahaan yang lain, yang mengatakan bahwa jarang sekali seorang HRD yang turun kebawah untuk mengatasi berbagai masalah buruh yang timbul. Padahal ini adalah tugas pokoknya.

Harus menjadi catatan bahwa banyaknya buruh yang tidak betah sehingga memilih untuk berhenti bekerja, itu dikarenakan kepemimpinan HRD yang buruk. 

Kesimpulan
Terakhir saya ingin menyimpulkan bahwa pengurus perusahaan yang baik adalah yang memiliki semua sikap yang menyenangkan bagi buruhnya. Komunikatif, konsisten dan mampu memberikan peluang kerja yang besar secara merata dan kompenten dalam mengelola buruh didalamnya.   

Saya yakin jika hal ini dilakukan dengan tepat oleh semua pengurus perusahaan, maka akan tercipta suasan kerja yang nyaman dan tentunya buruh pun akan merasa betah untuk terus bekerja. Jika demikian untuk mendapatkan kenyamanan dalam ruang lingkup kerja tidak melulu tertumpu pada besaran upah. Upah adalah pokok tapi bukan berarti segalanya.***    .            

Rabu, 21 Agustus 2013

Pantun Sepeda Cinta

Oleh: Abu Gybran

















Naik sepeda bertelanjang dada
sepeda ontel bukan sepeda kumbang
Dengarlah abang berkata cinta,
hanya untuk dinda seorang.   (gombal abis)

Naik sepeda diwaktu senja,
senja indah di Parangtritis
Jika abang nanti tak setia,
abang rela mati diujung keris.

Anak gadis menabuh rebana
rebana ditabuh diterang bulan
Kata nenek; jangan suka bermain cinta
kalau belum punya kerjaan.    (hehehehe......dengerin tuh! )

Ke pasar baru beli seikat rambutan
naik sepeda lewat jalan layang
Bahagia punya pacar cantik menawan
tapi sayang gak pernah sembahyang.     (putusin aja, percuma....hehehe)

(Tangerang, 21 Agustus 2013)

Selasa, 20 Agustus 2013

Gairah Diujung Senja


Oleh: Abu Gybarn

Teriakan camar
diujung senja mengambil alih pandangan
Ada isyarat yang harus aku terjemahkan
pada tiap kepakkan sayapnya
Sudah tak lincah
melamban

Aku terhenyak
dijungkirbalikan waktu tanpa ampun
nafsu kuasai tiap desah napas
Gairah diujung senja
mewarnai langkah yang mulai melamban

Senja sudah merona
Camar bergegas, lenyap dibatas malam
lantunkan pujian syukur
Ach, memang sudah waktunya mengubur
sombong dan takabur.

(Tangerang, 20 Agustus 2013)

Sabtu, 17 Agustus 2013

Hidup Merdeka

Oleh: Abu Gybran

Hari ini 17 Agustus 2013, bertepatan dengan hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Bendera Merah-Putih berkibar hampir disemua halaman rumah, kantor pemerintah dan swasta serta menghiasi sepanjang jalan. Namun demikian seringkali kita masih mendengar pertanyaan yang bernada pesimistis;"Benarkah negeri ini sudah merdeka?"

Menurut saya, negeri ini sudah merdeka 68 tahun yang silam, 17 Agustus 1945 dan ini adalah fakta yang tak bisa dipungkiri. Barangkali jika pertanyaannya adalah; "Apakah rakyatnya sudah merdeka?" Jawabanya mungkin bisa ya dan tidak. Sebab pada sisi yang lain kita masih menjumpai ketimpangan antara yang kaya dan miskin. Pemerataan dibidang ekonomi memang masih dirasakan kurang. Bahkan kebebasan beribadahpun seringkali terjadi diskriminasi bagi pemeluk agama minoritas. Belum lagi penegakkan hukum yang belum menyentuh keadilan secara merata.

Lantas Kemerdekaan Itu Milik Siapa?
Jawabannya tentu milik semua orang. Banyak cara orang mengisi kemerdekaan hidup ini. Berbeda jauh dengan orang-orang terdahulu untuk merebut kemerdekaan dari bangsa penjajah. Mereka harus angkat senjata bahkan menumpahkan darah untuk sebuah cita-cita yaitu merdeka. 

Merdeka kini adalah mengisi kemerdekaan itu sendiri. Menurut pandangan saya merdeka itu adalah bebas berkarya dan beribadah. Kepahlawanan hanya bisa diraih oleh orang-orang yang menginginkan adanya perubahan bagi diri, keluarga serta bangsanya. Setidaknya jadilah pahlawan untuk diri sendiri. Merdeka.....!!!