Senin, 21 April 2014

Ziarah Kubur ke Makam Syekh RH.M. Yusuf

Oleh: Abu Gybran

Jama'ah Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) At-Taqwa Taman Cikande, mengadakan wisata rohani yakni ziarah kubur ke makam Syekh RH.Mohammad Yusuf di Purwakarta. Wisata rohani yang diikuti oleh 50 orang jama'ah ini berangkat dari Taman Cikande pukul 6 pagi dipimpin langsung oleh Ketua DKM, Ust. Dimaskun. 

Selama dalam perjalan dengan menggunakan bus yang memakan waktu selama 3 jam itu, jama'ah diberi pembekalan rohani oleh Ust. Syaeful Bachri. Materi yang disampaikan dalam perjalanan itu adalah bagaimana agar jama'ah tidak menafsirkan ziarah kubur ke makam wali Allah itu tidak untuk meminta ke kuburan yang diziarahi. Makna ziarah sesuai tuntunan sunnah adalah untuk mengingat mati. Berdoa kepada Allah adalah hal utama. Kenapa harus ke makam Wali Allah? Tentu banyak hal yang bisa diambil hikmahnya yang di antaranya adalah bagaimana kita bisa mengikuti jejak para Wali Allah mendakwahkan Islam ini dengan segala ke-istiqomahan-nya. Atau setidaknya setelah ziarah kubur keimanan bisa bertambah.

Jam 9 pagi rombongan sampai ditempat yang dituju, kompleks pemakaman Syekh RH. Mohammad Yusuf atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Purwakarta dengan sebutan Baing Yusuf, berdekatan dengan Masjid Agung Baing Yusuf. Rombongan langsung menuju kompleks pemakaman setelah berwudhu terlebih dahulu di masjid yang airnya terasa adem menyegarkan. 

Prosesi ziarah dipimpin oleh Ustadz Syaeful Bachri. Pembacaan surat Yaa siin, tahlil dan doa-doa dilantunkan. Dalam prosesi ini ada yang menarik perhatian saya, yakni para jama'ah banyak yang meletakkan air dalam kemasan yang sudah disediakan sebelumnya di taruh persis di depam makam. Saya tidak tahu artinya, mungkin jama'ah berharap berkah dari air yang dido'akan itu. Wallahu 'alam.

Siapa Syekh RH. Mohammad Yusuf itu?
Dari berbagai sumber sejarah yang saya baca, Syekh RH. Mohammad Yusuf bin R. Jayanegara, beliau lahir di Bogor pada tahun 1709 dan merupakan keturunan langsung dari keraton Pajajaran. Banyak sumber yang menjelaskan bahwa Baing Yusuf pada usia 7 tahun dia sudah memahami bahasa Arab, usia 12 tahun sudah hafal Al-Qur'an dan pada usia 13 tahun dia pergi ke Makkah untuk memperdalam ilmu agama dan menetap selama 11 tahun lamanya. Sekembalinya dari Makkah beliau lansung medakwahkan Islam kepada masyarakat Purwakarta khususnya dan daerah-daerah lainnya di Jawa Barat. Beliau juga menulis banyak buku yang di antaranya adalah Fiqih dalam Bahasa Sunda, Tasauf Sunda, juga Tafsir Sunda.

Syekh RH. Mohammad Yusuf pun mempunyai murid-murid yang cemerlang, di antaranya adalah Syekh Imam Nawawi Al Bantani yang berdasar sejarah muridnya ini menjadi Imam besar di Masjid Al Haram, Makkah.

Syekh Mama Sempur
Selesai ziarah dari makam Syekh RH. Mohammad Yusuf, jama'ah kembali melanjutkan ziarah kedua ke makam Syekh Mama Sempur atau KH. Tb. Ahmad Bakri pendiri pondok pesantren Sempur. Jarak yang ditempuh hanya 30 menit dari makam syekh RH. Muhammad Yusuf. Lokasi makam Syekh Mama Sempur ini berada tidak jauh dari Jalan Raya Sempur, hanya saja untuk mencapai lokasi makam, kita harus melewati gang sempit di antara rumah-rumah warga. 

KH. Tb. Ahmad Bakri bin KH. Tb, Sayidah, merupakan keturunan dari keraton Banten. Ahmad Bakri muda belajar ke Makkah pada banyak guru dan pada dua guru yang berasal dari Nusantara yang menetap di Makkah yakni pada Syekh Imam Nawawi Al Bantani untuk belajar fiqih dan pada Syekh Mahfudz Termas. Sepulang dari Makkah, beliau mendirikan pesantren di Desa Sempur, Plered. Para ulama di Jawa Barat mengenal beliau sebagai ulama Tariqat Naqsabandiyah yang sangat dihormati. Masyarakat Purwakarta lebih mengenal beliau dengan sebutan Syekh Mama Sempur ketimbang nama asli beliau. Sama halnya dengan makam-makam para Wali Allah yang lain, makam Syekh Mama Sempur tidak pernah sepi dari para peziarah. Beliau wafat pada tanggal 1 Desember tahun 1975 pada hari Senin.***

Tidak ada komentar: