Sabtu, 20 September 2014

Pasar Malam; Pasar Kelas Buruh

Oleh: Abu Gybran

Istilah Pasar Malam barangkali bukan hal asing lagi di telinga kita terutama rakyat kecil yang berpenghasilan menengah ke bawah dan utamanya lagi adalah buruh pabrik. Pasar dadakan yang keberadaanya kerap muncul seminggu sekali pada suatu tempat pemukiman warga, adalah trik para pedagang kaki lima dalam upaya menjemput pembelinya.

Fenomena pasar malam ini mulai menjamur pada tahun 2000-an. Hal ini merupakan upaya para pedagang kecil untuk bertahan dari gempuran merebaknya mini market-mini market hingga kesudut-sudut pemukiman warga. Persaingan yang tidak imbang ini telah banyak memakan korban para pedagang kecil. Kondisi seperti ini juga yang kerap menimbulkan gesekan-kesekan di masyarakat. Mini market yang jumlahnya mungkin ratusan ribu itu, dimiliki oleh para pemilik modal besar. Tentu bukan masalah jika harus bertarung melawan pedagang kecil.

Di negeri ini, yang merasa kecil harus mengalah. Ini pula yang dilakukan oleh para pedagang kecil terutama para pedagang kaki lima. Mereka banting stir. Berkelompok dengan mendatangi para pembelinya dengan menggelar dagangan secara berkala seminggu sekali di tempat berbeda. Disebut Pasar Malam karena memang mereka selalu menggelar dagangannya mulai waktu sore hingga malam hari. Tepatnya mulai dari jam 16:30 hingga jam 21:00.

Keberadaan pasar malam ini cukup membantu masyarakat yang berpenghasilan seperti buruh pabrik. Saya menyebutnya pasar kelas buruh. Sebab saya tahu, kebutuhan pokok yang di survei untuk menentukan besaran UMK oleh anggota Dewan Pengupahan, di antaranya  ada tersedia di pasar malam ini. Mulai pakaian, makanan, sayur mayur, lauk pauk, hingga hiburan untuk anak-anak. Pendeknya, sembilan bahan pokok ada di pasar malam ini.***
             

Tidak ada komentar: