Jumat, 07 November 2014

Upah Buruh Jawa Tengah Paling Rendah

Oleh: Abu Gybran

Pengusaha mengancam akan merelokasi pabriknya ke daerah lain, utamanya adalah Jawa Tengah dari Jabodetabek. Hal ini dilakukan jika buruh terlalu banyak menuntut soal kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK/K) Rp. 3 hingga 3,75 juta/bulan termasuk tuntutan revisi jumlah Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

Menurut Asrial Chaniago dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), relokasi pabrik adalah cara agar perusahaan tidak colaps. Perusahaan padat karya seperti pabrik garmen dan sepatu paling banyak terkena dampak kenaikan UMP. Daerah Jawa Tengah merupakan salah satu tujuan pengusaha untuk merelokasi pabriknya. Alasannya adalah karena pengusaha menganggap upah buruh di Jawa Tengah Masih tergolong rendah.

Benarkah Karena Tuntutan Upah 
Perusahaan Menjadi Kolaps?
Saya sebagai mantan buruh pabrik yang telah menghabiskan separuh hidup di pabrik, tentu tidak mempercayai kolaps-nya perusahaan itu karena tuntutan kenaikan upah buruh. Banyak sebab yang membuat perusahaan menjadi berhenti beroperasi. Yang paling nyata adalah pungutan liar dari instansi pemerintah terkait. Mulai dari istilah uang keamanan untuk aparat keamanan hingga uang pelicin lainnya. Mengurus segala macam perijinan, jika ingin lancar perusahaan terpaksa mengeluarkan uang yang tidak sedikit. 

Bahkan untuk pengurusan barang-barang eksport dan import di bea dan cukai, mulai dari sewa gudang hingga pengurusan surat-suratnya, harus mengeluarkan uang. Terlebih jika di pabrik ada Kawasan Berikatnya, sejumlah petugas bea dan cukai yang berkantor di perusahaan itu sudah dipastikan mendapatkan gaji tambahan dari perusahaan yang bersangkutan.

Nah, biaya-biaya siluman itulah penyebab utamanya. Jika saja perusahaan berani untuk tidak mengeluarkan uang-uang siluman itu dan mengalihkannya untuk kesejahteraan buruhnya, tentu akan lain ceritanya. Istilah bahwa buruh adalah mitra perusahaan akan menjadi ril adanya. 

Saya berkesimpulan bahwa kenaikan upah buruh bukan penyebab perusahaan menjadi kolaps dan untuk bertahan perusahaan harus merelokasi pabriknya ke daerah Jawa Tengah. Kalau pun benar, tentu tidak 100% kebenarannya. Para pengusaha itu lupa, kalau Jawa Tengah juga masih Indonesia dan di sana banyak buruh yang berani bersuara lantang menolak upah murah. Buruh yang ingin hidupnya sejahtera tidak takut kehilangan pekerjaan. 

Untuk kawan-kawan di Jawa Tengah, terus bergerak. Tolak upah murah. Kalian adalah buruh, kalian adalah pekerja bukan budak dan bukan mesin produksi. Kita buruh berhak atas pekerjaan dan upah yang layak. ***

Tidak ada komentar: