Oleh: Abu Gybran
Deburan ombak bercengkrama dengan burung-burung laut
dalam balutan angin senja
Kau biarkan kakimu menapaki pasir basah yang menggelitik
di pantai Puutara pulau Ende
kau tumpahkan segala rasa
pada burung-burung laut,
angin senja,
dan pada pasir basah
Kau berharap mereka merasakan resah
gelisahmu
Rindu yang bertumpuk
sampai kau tak tahu lagi hitungan hari
Matahari kembali keperaduan
Senja temaram pantulkan warna jingga
Kau biarkan tenggelam dalam pelukan malam
Rindu berkelana, menari bersama lampu-lampu kecil
berderet di bibir pantai
terangi rumah-rumah nelayan, membaringkan lelah
Ah !
Lagi, kau pun berniat membagi rasa pada kerlipnya
lampu-lampu kecil yang meredup
Pada pantai yang berselimut gelap
Kau titipkan rindu
untuk sebuah nama yang kau lafalkan dengan kata; cinta..
(Tangerang, 5 Oktober 2013)
Deburan ombak bercengkrama dengan burung-burung laut
dalam balutan angin senja
Kau biarkan kakimu menapaki pasir basah yang menggelitik
di pantai Puutara pulau Ende
kau tumpahkan segala rasa
pada burung-burung laut,
angin senja,
dan pada pasir basah
Kau berharap mereka merasakan resah
gelisahmu
Rindu yang bertumpuk
sampai kau tak tahu lagi hitungan hari
Matahari kembali keperaduan
Senja temaram pantulkan warna jingga
Kau biarkan tenggelam dalam pelukan malam
Rindu berkelana, menari bersama lampu-lampu kecil
berderet di bibir pantai
terangi rumah-rumah nelayan, membaringkan lelah
Ah !
Lagi, kau pun berniat membagi rasa pada kerlipnya
lampu-lampu kecil yang meredup
Pada pantai yang berselimut gelap
Kau titipkan rindu
untuk sebuah nama yang kau lafalkan dengan kata; cinta..
(Tangerang, 5 Oktober 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar