Pandangan Saya Terhadap Puisi

Kapan saya suka berpuisi? Sama sekali saya tidak ingat tepatnya tahun berapa saya suka berpuisi. Tapi yang jelas saya suka menulis puisi dimulai pada waktu duduk di SMP di tahun 1983. Bahkan pada usia SMP ini disamping menulis puisi, saya sudah menulis beberapa cerpen yang kemudian dikirim dan dimuat pada salahsatu surat kabar Sinar Pagi Minggu saat itu. 

Cuma senang menulis saja, tidak pernah belajar secara khusus bagaimana caranya menulis puisi, kata orang sih; otodidak belaka. Tapi kehidupan masa remaja pun sangat mendukung saya menulis. Terlebih ketika saya mengenal cinta pertama atau cinta monyet barangkali. Dan hebatnya, setiap gadis yang saya kirimi surat, mereka pasti suka. Saya suka menulis surat perkenalan dengan merangkai kata-kata puisi. Dan seringkali terkesan bercampur 'gombalan'. Tapi mereka suka dan tentunya saya merasa senang serta sedikit ge-er.

"Ketika mimpi tak lagi indah,
dimana tidur-tidurku yang dulu kau sembunyikan?
Bulan purnama menghadirkan kengerian hampir disepanjang malam
dalam balutan kelam diri bersenggama dengan sepi
hanya dengan sepi....!!!"

(Puisi Ketika Mimpi Tak Lagi Indah)

Karena saya sering menulis surat perkenalan pada cewek-cewek disekolah, teman-teman sekelas menjuluki saya dengan panggilan Arjuna Tunggara. Kenapa pakai Tunggara? Kata mereka saya tak pernah bermodal untuk mendekati cewek (hehehe.....saya memang tergolong murid dari keluarga susah dari segi ekonomi). Saya memang dari keluarga susah, tapi tidak susah dalam pergaulan. Saya termasuk murid yang paling pe-de.

Nama Arjuna Tunggara saya pakai hingga saya menjadi penyiar radio swasta di Cimone, Tangerang pada tahun 1986 hingga tahun 1989.

Menulis puisi terus berlanjut setelah selesai sekolah. Hanya sekadar iseng dan hoby. Tentu saja banyak perubahan dalam segi materi khususnya, tidak melulu soal cinta dan perempuan. Saya menulis soal lingkungan, sosial dan kedekatan saya terhadap Tuhan.

"Aku hitam yang berusaha untuk menjadi putih
Aku kotor yang berusaha untuk menjadi bersih."

(Puisi Sehitam Cemani)

Kenapa saya suka puisi? Karena saya merasa bahwa kata-kata yang terucap dalam berkomunikasi merupakan rangkaian puisi yang indah. Bahkan obrolan saja, jika ditulis dengan benar mengikuti alur atau penulisan puisi, maka kita akan melihat puisi lahir saat itu. 

Puisi menurut saya adalah bahasa yang sangat indah. Puisi mampu melembutkan dan menyentuh hati yang keras sekalipun. Kata-kata adalah senjata yang mampu meluluh-lantakan keangkuhan dan kesombongan tanpa harus menumpahkan darah. Rangkaian kata-kata adalah ilmu yang menerangi kehidupan. Dia adalah pelita. 

Dan bagi saya; puisi atau seni apapun bentuknya merupakan bahasa universal. Hidup menjadi penuh warna. Seni dapat menyatukan manusia manapun tanpa harus dibatasi oleh sekay-sekat yang seringkali memenjarakan kebebasan berfikir dan berkarya. Seni melahirkan cinta dan dengan cinta kita akan hidup saling menghornati dan menghargai segala bentuk-bentuk perbedaan. Dan hidup ini sejatinya adalah rangkaian puisi dalam balutan cinta.***        

Tidak ada komentar: