Kamis, 20 Agustus 2015

TEMBANG KEMATIAN DISEPOTONG MALAM

Oleh: Abu Gybran

Lelaaaa lela lekung
Lela lelaaaaa lekung
Lela lekung lela lekung..........

Mencekam malam menghitam, menikam
Senyap, tanpa suara
Resah yang meresah gelisah, memenjarakan jiwa yang mulai gundah
Duh, keluh mengeluh; dimana letak sajadah yang pernah dihamparkan?
Kiranya kesombongan telah membutakan mata dan hati mengeras cadas
Saat kematian merobek baju zirah
Lelaki separuh abad dibenturkan dipenghujung malam
Bersusah payah menyeret-nyeret napas yang memberat
Sekarat
Ketakutan menampar-nampar wajah; pucat pasi tak berdarah
Sajadah.......dimana sajadah?!

Ha.....ha....ha.....
Gelak tawa iblis berpesta disepotong malam yang tersisa
Tidak menyisakan sedikitpun ruang
Ruang dimana jiwa dapat mengingat Tuhan
Dijejali kesenangan samar yang menipu
Kesombongan adalah berhala yang ditiupkan pada nafsu yang tak berujung
Kebebasan setan sejatinya adalah kurungan
Ya, jiwa terkurung di ruang sempit yang menghimpit
Lelaki setengah tua telah lama kehilangan kebebasan yang sebenarnya
Dan kemerdekaan yang sesungguhnya
Dirampas dan terampas hingga lupa
Dimana letak sajadah yang pernah dihamparkan saat jiwa menghamba pada keagungan Tuhan
Dia, dihampir sepanjang napasnya telah tersesat di rimba belantara dosa-dosa yang menghitam legam
Jiwa karam digelapnta kelam

Lelaaa lela lekung
Lela lelaaaa lekung
Lela lekung lela lekung.......

Disepotong malam yang tersisa
Sosok hitam berdiri garang di depan pintu
Menghadirkan masa kelam dengan segala kejumawaan
Dia, lelaki yang merasa bakal mati malam itu mencoba melawan
Meninju nafsunya; merangkak menggapai dimana sajadah pernah ia hamparkan
Tuhan......
Aku malu memanggil-Mu disaat napas sudah tersengal, dijegal batas waktu yang sudah digariskan
Kematian adalah kepastian yang meruntuhkan segala kesobongan
Dipenghujung malam biarkan, biarkan aku mengakhirinya dalam pertobatan
Perkenankan ya,.....rahman
Dekap, dekap, dekap aku dalam ampunan

Astaghfirolloh robal baroya
Astaghfirolloh minal khotoya

Tembang kematian lelaki separuh abad dipenghujung malam
Mengalun lirih dalam kepasrahan
Lantunan syair-syair sufi mengantarkan dan mempersembahkan sepotong iman yang masih tersisa pada ampunan Tuhan;
Ya robb,.....aku memang bukan ahli syurga. Tapi aku pun takkan kuat berada dalam neraka,
Maka terimalah tobatku dan ampunilah atas dosa-dosaku
Dia, lelaki dengan sepotong imannya itu
Menyungging senyum dalam tidur panjang
Bayang hitam yang berdiri garang di depan pintu itupun sudah tak tampak lagi
Hanya menyisakan wangi pada sajadah yang terhampar di sudut kamar
Senyap, tanpa suara

Lelaaaa lela lekung
Lela lelaaaaa lekung
Lela lekung lela lekung........

(Tangerang, 20 Agustus 2015)