Senin, 14 April 2014

Rembulan di Ujung Pagi

Oleh: Abu Gybran














Pucat pasi wajah sayu di ujung pagi dalam balutan cemas
melewati malam yang melelahkan
Tidak menyisakan satupun mimpi, habis dalam balik selimut malam
Lupa, kalau esok ada malam-malam yang lain
menunggu dengan segala kehangatan yang sesungguhnya
bukan tipuan yang menipu, merampas yang menghempaskan dirimu pada sesal
Di tepian ranjang kau menangis, sendiri
sebab perenggut sudah tak mau lagi menoleh kearahmu
membawa wangi dan kecantikan tubuhmu
menyisakan pucat pasi pada wajah yang sudah tak lagi utuh
Esok pagi kau dapati dirimu yang bukan dirimu lagi


Kalau boleh dan kau berkenan untuk mendengarkan puisiku;
tentang dirimu
Bahwa kau tidak sendiri di sejuknya pagi yang kau rasakan panas seperti neraka
melelehkan kulit-kulit halus yang dulu kau punyai
Tengoklah kau tidak sendiri
Aku tak jauh, ada disini
sebab akupun merasa bukan makhluk yang suci
seperti Nabi
Bisa jadi, kehitaman salahku sepenuh langit dan bumi
dan itu benar-benar terjadi
Yakinlah, masih ada malam pertanda masih ada mimpi
dan sejuknya pagi masih bisa dinikmati
Miliki semuanya hingga segalanya benar-benar terhenti.

(Tangerang, 14 April 2014)
 

Tidak ada komentar: