Selasa, 17 Desember 2013

Gelisahku

Oleh: Ribka Kristina Noviawati














Andai tak akan terjadi sebuah pertemuan
kedua anak manusia di tengah persimpangan
Diadu perasaan di hamparan kerinduan
Telah tersemaikan cinta yang tak dapat kusangsikan

Mengapa bibir enggan tuk berkata?
sementara hati meronta seketika
Cintaku tersiksa oleh sepenggal rindu rana
Apa tak kau dapati kesungguhan disana?

Apa tak ada pelukan singakat antara kau dan aku?
Tuk merebahkan rasa yang berkecamuk dalam rinduku
Buatlah aku mengerti dengan duniamu
agar tak ada lagi gelisah iringi sukmaku

(Gresik, 7 Agustus 2013)

Ribka Kristina Noviawati, lahir di Gresik, Jawa Timur, 18 tahu yang lalu. Kesukaannya menulis puisi menjadikannya sosok gadis yang romantis, ceria dan suka bergaul. Karya-karya puisinya masih tersembunyi dalam catatan facebook. Gelisahku, salah satu puisinya. Sebuah perasaan hati, tentang rindunya yang ditulis dengan lugas. Sepintas saja, pembaca akan tahu gambaran gejolak perasaannya. Pembaca seperti ikut 'tercebur' dalam gejolak rindunya yang rana itu.

Lulusan dari SMK Untung Suropati tahun 3013, kini gadis yang masih suka menyediri ini, sedang menempuh kuliah di STIE Mahardika jurusan akuntansi semester satu. Menurutnya menulis puisi adalah hoby-nya disamping sebagai 'pelarian' dari gejolak hati masa remajanya. Anak bungsu dari lima bersaudara ini, banyak berharap karya-karyanya tidak hanya untuk dinikmati oleh pribadinya, tapi bisa dinikmati oleh orang lain. Oleh karenanya dia bertekad untuk terus menulis.*** 

Jumat, 13 Desember 2013

Tidak ber-Agama pun Bisa Hidup di Indonesia

Oleh: Abu Gybran

Saya terkejut setelah membaca disahkannya hasil revisi atas Undang-Undang No.23/2006 Tentang Administrasi Kependudukkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), bahwa untuk menjamin hak-hak setiap warga negara, para pejabat negara telah melegalkan untuk mengosongkan kolom agama dan identitas jenis kelamin dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP)..

Apakah ini makna yang sesungguhnya dari orang-orang pemuja kebebasan, bahwa negara ini bukan negara agama? Sehingga warganya pun bebas untuk beragama atau pun tidak beragama. Mengerikan; sila pertama dalam Pancasila, "Ketuhanan yang maha esa" telah dimasukkan kerangkeng.

Revisi Undang-Undang ini untuk Siapa?
Kalau hanya untuk mengakomodir segelintir orang dengan mengorbankan ratusan juta orang yang beragama, tentu hal ini tidak akan membawa manfaat yang baik, justru sebaliknya akan memunculkan dampak-dampak sosial yang negatif.

Kementerian dalam negeri (Kemendagri) apakah sudah melakukan survei dan mengetahui berapa jumlah penduduk yang tidak bergama di Indonesia? Dan ironisnya lagi, Menteri Agama, Suryadharma Ali, setuju kolom agama di KTP untuk dikosongkan untuk warga yang tidak mempunyai kepercayaan diluar enam agama yang diakui negara (Islam , Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu). Alih-alih untuk mengakomodir dan meyelamatkan hak-hak mereka yang hanya segelintir itu, revisi Undang-Undang ini tanpa disadari telah melumpuhkan kehidupan warganya yang beragama. 

Kelompok-kelompok atheis yang selama ini bersembunyi akan bermunculan dimana-mana. Orang-orang transgender (Waria) tak perlu lagi bingung untuk menentukan pilihan pria atau wanita, sebab kolom identitas jenis kelamin di KTP boleh dikosongkan. Bahkan tidak beragama sekalipun (atheis) bisa hidup di Indonesia.

Saya sefakat bahwa setiap warga negara mempunyai hak-hak untuk dilindungi oleh negara. Dan karena haknya pula setiap warga negara bebas untuk beragama atau pun tidak. Tapi bukan berarti kebebasan itu tidak bisa diatur. Oleh karenanya dibuatlah Undang-Undang yang ber-keadilan untuk mengatur kehidupan warga negara. 

Bagaimana Dengan Pengurusan Jenazah?
Saya kira ini masalah serius yang bakal timbul dikemudian hari. Jika seseorang tidak diketahui beragama apa, lantas dia mati, siapa yang mengurus jenazahnya? Mau dimakamkan secara Islam, Katolik, Protestan atau apa? Artinya untuk menjawab ini pemerintah harus mengeluarkan aturan baru tentang jenazah orang yang tidak beragama. Sebab tidak mungkin jenazah dibuang ke laut begitu saja........hehehehe.... ***

Sabtu, 07 Desember 2013

Sempurna

Oleh: Abu Gybran

Pagi, saat matahari menyapa
masih ada embun bergelayut
pada ujung daun kembang puring

Tak perlu menunggu waktu lama
Siang, embun menghilang menerbangkan asa
Harapan selalu ada

Sempurna......
Menikmati hidup dengan jiwa yang merdeka
Mereguk nikmat dalam balutan penuh cinta.

(Tangerang, 7 Desember 2013)

Jumat, 29 November 2013

Aku Sudah Lupa Namamu

Oleh: Abu Gybran





















Aku sudah lupa namamu
padahal dulu aku sering mengejanya
Rimbun rindu lenyap senyap
pada luka sepi
Namamu tertinggal disana

Jangankan menjamahmu
membayangkan wajahmu saja aku sudah tak mampu
Aku lupa wangi tubuhmu
Aku lupa suara manjamu
Aku lupa kalau kau pernah ada dalam hidupku
Aku tak tahu !

Namamu bukan yang aku tahu dulu
Asing ditelingaku
Aku kehilangan jejakmu
pada jauhnya perjalanan panjang berliku
Aku menyadari, ada banyak rintang yang mesti dilalui
Kalau memang harus terhenti,
maka terhentilah

Tanpa namamu, aku akan berjalan sendiri
bukan pada jalan yang sering kita lewati
Jalan yang sepi
biarlah aku nikmati

(Tangerang, 29 Nopember 2013)

Selasa, 19 November 2013

Yang Tercecer di Facebook

Oleh: Abu Gybran















 Menunggu

Belum ada kepastian
masih harus menunggu
Sampai jemu !
di persimpangan waktu
di antara bilah-bilah rindu
Kau biarkan aku bersetubuh dengan kebekuan
senyap menyekap
Jiwa lusuh diujung senja
masih ada keberanian mengungkap kebisuan
dalam penantian............

****

Terimakasih

Siang ini aku berterimakasih padamu
Betapa tidak? Kau telah mencairkan rinduku
senyummu itu.............
Ya, senyum itu kau titipkan pada kembang puring

Kiranya kau masih suka berdiam diri
dalam bayang-bayang siang
dan.....
Aku menemukanmu dalam keteduhan
rimbun akasia.

***

Melarung Gundah

Hujan deras sekali
suaranya riuh seperti tepuk tangan
bahagia karena kemenangan
Ya, kemenangan
kemenangan yang aku rasakan
saat ini
Aku dapat melarung gundah dan kecewa
pada derasnya hujan

***

Beda Tipis

Mahluk Tuhan; Jin dan Manusia
punya kemiripan yang hampir sama
Keduanya mempunyai otak untuk berpikir
nafsu dan mempunyai keturunan
Dan keduanya diperintah untuk menyembah
hanya kepada Allah yang maha Pencipta
Manusia ada yang beriman
begitu juga dengan Jin
manusia ada yang kafir
begitu juga halnya dengan Jin

Bedanya Jin diciptakan oleh Allah dari api
Manusia dari tanah
Jin bisa melihat Manusia
dalam suatu keadaan
Sementara Manusia tak mampu melihat Jin
(QS. Al a'raf: 27)
Dusta, jika ada Manusia
yang mampu melihat Jin !

Sementara Iblis
adalah dari golongan Jin yang membangkang
(QS. Al Kahfi: 50)

Dan Syetan
adalah sifat dari segala macam kemungkaran
dan pembangkangan terhadap perintah Tuhan
Sifat Syetan bisa ada pada Jin dan Manusia
"Minal jinnati wannaas."

(Tangerang, 19 Nopember 2014)

Senin, 11 November 2013

Syamsudin: "Saya Bangga Menjadi Penjual Sayuran"

Oleh: Abu Gybran

Syamsudin (43), mantan buruh pabrik PT. Colorindo, Cikande, Serang, kini menjadi penjual sayuran. Keahlian berdagangnya telah dirintis jauh hari sebelum dia di PHK sebagai buruh pabrik. Di rumahnya dia membuka kios sederhana untuk berjualan kebutuhan pokok. Istrinya yang menunggu warung. Menurutnya, dia memang sengaja membuat warung sebagai persiapan jika suatu waktu dia di PHK. Dan benar adanya, sebab pada bulan Maret 2013, setelah sekian lama bekerja di perusahaan tersebut dia di PHK. Perusahaan itu mem-PHK seluruh buruhnya.

Uang pesangon dipergunakan untuk memperbesar usaha warungnya. Dan dia pun menyisihkan sedikit dari uang pesangon itu untuk modal berjualan sayuran keliling. 

Saat ditemui di pasar malam Taman Cikande, sambil melayani pembeli yang rata-rata adalah ibu-ibu rumah tangga, dia banyak bercerita kepada saya. Ungkapnya, saat awal berjualan keliling di pasar-pasar malam yang kebanyakan orang menyebutnya pasar kaget, dia merasa sedikit ragu. Ya, karena pekerjaan ini adalah pertama dan dia belum banyak mengerti soal berjualan sayuran.

"Tidak malu kalau ketemu dengan kawan-kawan buruh?" pancing saya. Dia tidak langsung menjawab. Dia malah ketawa walau akhirnya dia mengatakan bahwa rasa malu itu tidak ada. Bahkan, katanya, dia bangga menjadi tukang sayuran. Menurutnya keuntungan dari berjualan sayuran dalam sekali gelaran saja, itu tidak kurang dari Rp. 200,000. 

"Dibanding sewaktu jadi buruh pabrik, berapa sih yang kita dapat dalam sehari?" katanya sambil tersenyum. "Tahulah kita seberapa besar upah buruh, kalau mau upah besar, ya, harus demo dulu," sambungnya. "Maaf, saya tidak sedang merendahkan upah buruh. Tapi faktanya memang demikian, buruh masih diupah murah," ungkapnya. Menurutnya, kalau saat ini dia disuruh memilih untuk kembali menjadi buruh atau berdagang sayuran, maka dia akan memilih menjadi penjual sayuran keliling.

"Setelah saya jadi penjual sayuran, siapa yang mau mem-PHK saya," lagi-lagi dia tertawa. Nampak jelas kumisnya yang tebal itu bergerak-gerak.

Mantan aktivis buruh ini, menyampaikan pandangannya untuk saya tulis dalam catatan ini. Bahwa menjadi buruh pabrik tidak boleh terlena. Sebab sewaktu-waktu pasti mengalami PHK atau berhenti kerja menjadi buruh pabrik. Harus mempersiapkan keahlian lain supaya tidak terjadi kebingungan setelah berhenti menjadi buruh. Sebab bukan perkara mudah untuk kerja kembali menjadi buruh karena faktor usia yang tidak muda lagi. Sementara keperluan hidup tentu bertambah karena ada keluarga yang menjadi tanggungan. Sebesar apa pun uang pesangon kalau tidak dikelola dengan baik, maka itu akan menguap dalam waktu dekat.

Senja kian merona yang artinya malam akan segera tiba. Kalau tidak terhalang oleh waktu maghrib, rasanya saya ingin terus menggali pengalamannya. Saya pulang sambil memikirkan langkah apa yang bisa saya persiapkan jika sewaktu-waktu saya berhenti jadi buruh pabrik atau di PHK. Apakah saya harus mengikuti langkah kawan saya, syamsudin menjadi penjual sayuran? 

Ah, saya tidak boleh terlena menjadi buruh pabrik. Saya harus berbenah seperti kawan Syamsudin lakukan dijauh hari jika tidak ingin menjadi pengangguran.***

PT. Berkah Manis Makmur di Demo Masyarakat

Oleh : Abu Gybran

Cikande, Serang, 9 Nopember 2013
PT. Berkah Manis Makmur di Cikande, Serang, di demo masyarakat. Sebanyak lebih kurang 1200 orang masyarakat Taman Cikande dan kampung-kampung sekitarnya mendatangi perusahaan yang memproduksi gula itu, menuntut realisasi dari pertemuan-pertemuan sebelumnya antara masyarakat dan pihak manajemen perusahaan terkait dengan penangan limbah yang mencemari udara dan berkurangnya debit air tanah di Taman Cikande dan kampung-kampung sekitarnya yang berdekatan dengan lokasi pabrik. 

Bau busuk yang  menyengat dan berkurangnya debit air tanah yang menjadi tuntutan masyarakat, seperti kurang mendapat tanggapan dari pihak manajemen perusahaan dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Bahkan pihak perusahaan seolah mengabaikan tuntutan masyarakat ini dengan mengulur-ngulur waktu untuk merealisasikan tuntutan dimaksud yang menjadi tanggung jawab perusahaan. 

Bukti dari ketidakseriusan pihak perusahaan adalah menyerahkan dan melimpahkan persoalan ini pada pihak Konsultan Independen yang terlibat dalam pembuatan AMDAL perusahaan. Pihak konsultan yang ditunjuk, pada pertemuan sebelumnya dengan masyarakat menyampaikan teorinya perihal berkurangnya debit air tanah akibat dari karakter tanah yang didominasi oleh lapisan-lapisan pasir, sehingga apa bila kemarau maka debit air akan cepat berkurang. Artinya bahwa secara tidak langsung pihak konsultan mau mengatakan; "berkurangnya debit air tanah di Taman Cikande dan sekitarnya bukan disebabkan berdirinya pabrik gula yang telah membuat sumur bor untuk kebutuhan produksinya."
 
Hal ini tentu saja dibantah oleh masyarakat Taman Cikande. Faktanya sejak tahun 1996 (hunian berdirinya Taman Cikande) hingga tahun 2012, tidak pernah mengalami kekurangan air. 

Masyarakat semakin geram, ketika pihak konsultan yang diserahi oleh perusahaan untuk menyelesaikan persoalan ini, justru sulit dihubungi. Dan puncak dari ketidakseriusan perusahaan ini yang memicu aksi demo masyarakat Taman Cikande.

Demo ke pabrik gula ini dumulai pukul 08 pagi dipimpin langsung oleh Ketua RW 01 Taman Cikande, Sugeng Prayitno. Demo berlangsung tertib dan tidak anarkis. Karena posisi pintu pabrik persis di pinggir Jalan Raya Serang, kemacetan tidak bisa dihindarkan. Orasi yang disampaikan oleh kordinator lapangan, Birmanto, mampu membangkitkan semangat peserta demo yang diikuti juga oleh ratusan ibu-ibu rumah tangga. Ibu-ibu yang ikut serta karena mereka yang merasakan hampir 24 jam mencium bau busuk yang ditimbulkan oleh limbah pabrik.

Menurut Birmanto dalam orasinya, bahwa masyarakat mendatangi pabrik gula bukan untuk mengemis kepada manajemen perusahaan, tapi masyarakat hanya meminta kembali hak-haknya yang telah dirampas oleh pabrik gula. Udara yang bersih tanpa debu, bau busuk dan air yang menjadi surut.

Pabrik dijaga ketat oleh ratusan keamanan dari Polsek dan Koramil Cikande. Setelah 30 menit demo berlangsung, perwakilan masyarakat sebanyak 17 orang akhirnya dipersilakan masuk untuk menyampaikan tuntutannya pada manajemem perusahaan. Pertemuan berlangsung cukup alot. Pihak perusahaan diwakili oleh saudara Alek dan Yunus selaku manajemen perusahaan.

Akhir dari pertemuan itu menghasilkan dua keputusan yang disepakati keduabelah pihak. Bahwa pihak perusahaan akan menyediakan air bersih untuk masyarakat Taman Cikande dan sekitarnya yang teknis pelaksanaannya diatur oleh perusahaan mulai tanggal 11 hingga 16 Nopember 2013. Sementara bau busuk, pihak perusahaan berjanji untuk menyelesaikannya pada bulan Desember 2013. 

Aksi demo bubar dengan tertib pada pukul 11:30 setelah hasil kesepakatan disampaikan oleh Ketua RW 01 Taman Cikande. Masyarakat puas dengan hasil kesepakatan ini, setidaknya ada kejelasan dari pihak perusahaan yang selama ini dianggap mengambang. Peserta demo pulang dengan senyum dan harapan, bahwa kedepan mereka akan kembali menikmati hak-hak mereka yang terampas. Harapan mereka diamini oleh turunnya hujan yang cukup lebat. Rasa nyaman dan adem setelah bermandikan keringat karena panas menjadikan ungkapan terakhir rasa syukur siang itu. Alhamdulillah................*** .        

Jumat, 08 November 2013

Bolehkah Perusahaan Menangguhkan Upah Minimum?

Oleh: Abu Gybran

Judul tulisan ini barangkali tidak disukai oleh kalangan buruh. Buruh yang mana sih, yang mau upahnya dibayarkan oleh pengusaha di bawah upah minimum yang telah disepakati dan disahkan oleh Gubernur? Saya rasa pasti semua buruh menolaknya. Tapi faktanya memang ada perusahaan yang menangguhkan besaran upah minimum di setip tahunnya.

Lantas pertanyaannya; bolehkah perusahaan menangguhkan pelaksanaan upah minimum? Saya terpaksa harus menjawabnya, boleh. Sebab Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13/2003 pasal 90 ayat 2 yang pelaksanaannya diatur dalam Kepmen No. 231/MEN/2003 tentang Tatacara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum, dengan gamblang telah mengatur masalah ini.

Namun dalam pelaksanaannya seringkali tidak mulus. Penangguhan upah minimum yang dilakukan oleh perusahaan kerap kali tidak berkesudahan atau tidak terpenuhinya syarat-syarat hukum yang telah ditentukan. (Walaupun tidak semua perusahaan berlaku curang terhadap buruhnya). Hal inilah yang kemudian memicu terjadinya perselisihan antara majikan dan buruh.

Perundingan Seringkali Menemukan Jalan Buntu
Jika sudah menyangkut masalah upah yang diperselisihkan, sedikit sekali yang bisa selesai dalam perundingan bipartit antara majikan dan buruhnya. Perselisihan masalah ini lebih banyak diselesaikan hingga Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).

Seperti yang sudah saya singgung di atas, tidak semua perusahaan berlaku curang terhadap buruhnya. Ada perusahaan yang 'dapurnya' terbuka bagi buruhnya, termasuk soal keuangan perusahaan. Namun hal ini pun belum tentu ditanggapi positif oleh buruh, terlebih jika perusahaan berencana untuk menangguhkan besaran upah minimum. Perselisihan hingga melibatkan pemerintah pun (tripartit), tidak selalu mulus bahkan menemukan jalan buntu.

Menurut pengetahuan saya, hingga kini buruh selalu berprasangka bahwa keterlibatan pemerintah dalam perselisihan akan selalu berpihak pada pengusaha. Jika ini benar, tentu persoalan perburuhan tidak akan menemukan titik temunya. Semestinya tiga lembaga dalam upaya menyelesaikan persoalan perburuhan ini bisa bersinergi untuk sebuah kesejahteraan terutama buruh, tentu hasilnya akan jauh lebih baik.

Berpikir Realistis dan Tidak Mengedepankan Ego
Saya pernah berhadapan dengan seorang manajer di sebuah perusahaan di mana dia diberikan kepercayaan oleh pimpinan perusahaan dalam menentukan besaran upah buruhnya. Saya marah, sebab waktu diskusi dengan saya, dia mengatakan bahwa buruhnya memang dibayar dengan upah jauh di bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK). Sewaktu saya mempersoalkan pelanggaran ini, dia bilang tidak ada masalah dengan buruhnya? Alasannya; buruhnya juga mau kok dibayar segitu, jadi kenapa harus dipersoalkan?

Syarat-syarat hukum dalam penangguhan upah minimum sama sekali tidak diliriknya. Ketika buruhnya memperselisihkan masalah ini, dia, sebut saja namanya Pak Tejo. Manajer yang diberi kepercayaan oleh pimpinan perusahaan itu dengan entengnya mengatakan;"Kalau mau dibayar segitu silakan kerja, kalau gak mau silakan keluar."

Perusahaan semacam ini, yang manajernya Pak Tejo itu, asal jeplak saja dalam mengelola sistem pengupahan yang menurutnya benar itu.. Pak Tejo cenderung mengedepankan ego agar dinilai plus oleh pimpinan perusahaan; mengeluarkan upah murah demi meraih keuntungan yang besar. Jabatan Pak Tejo memang kinclong di mata perusahaan, tapi saya yakin perusahaan semacam ini akan ambruk dalam waktu dekat.   

Juga sebagaimana yang sering kita saksikan manakala buruh atau Serikat Buruh melakukan aksi unjuk rasa menuntut kenaikkan upah, seakan melupakan indikator-indikator tentang penilaian yang mempengaruhi besaran kenaikan upah (Kepmen No.13 tahun 2012). Buruh seakan tidak puas dengan besaran upah yang diputuskan oleh Dewan Pengupahan yang didalamnya ada keterwakilan buruh.

Kadang juga, ada tuntutan buruh yang dinilai oleh kalangan pengusaha cenderung tidak realistis, terlalu mengada-ada dan tidak dibarengi dengan peningkatan produktifitas. Kata-kata harga mati yang harus direalisasikan oleh pengusaha terkait kenaikan upah (sepihak) oleh buruh, mencerminkan betapa jauhnya kemitraan di antara keduanya. Dengan mengesampingkan keputusan Dewan Pengupahan, bisa diartikan Serikat Buruh mengesampingkan pula keterwakilannya. Dalam menyikapi hal ini pengusaha sering mengatakan; Lantas untuk apa seorang wakil buruh yang telah disepakati duduk di Dewan Pengupahan tersebut?

Padahal bukan tanpa sebab pula buruh melakukan aksi menuntut kembali kenaikan upah setelah besaran upah diputuskan oleh Dewan Pengupahan Provinsi atau Kabupaten/Kota (DPP/DPK/K), biasanya setelah kenaikan upah diputuskan; kenaikan harga kebutuhan pokok ikut naik. Bahkan kenaikan harga kebutuhan pokok melebihi kenaikan upah. Hal ini yang kerap kali memicu buruh menuntut kembali kenaikan upah. Semestinya harus ada upaya pemerintah untuk menahan laju kenaikan harga kebutuhan pokok agar buruh bisa menikmati upah barunya.   

Pengusaha, buruh dan tentunya pemerintah sebagai 'wasit' berpikir realistis dalam mejalankan perannya masing-masing dengan tidak mengedepankan ego. Membangun kemitraan yang bersinergi dengan membuang segala bentuk prasangka buruk. Saya sering mendengar kata-kata baik yang diucapkan oleh pengusaha atau pun buruh saat dalam perundingan; "Jangan ada dusta di antara kita." Seyogyanya memang kata-kata ini bukan hanya pemanis kata, tapi dijadikan dasar dalam membangun kemitraan yang sebenarnya.

Saya ingin menutup tulisan ini dengan kata-kata, bahwa jika dalam penyelesaian perselisihan perburuhan antara buruh dan pengusaha dengan mengedepankan ego masing-masing; "itu artinya sama saja membakar ladang jagung sendiri." ***

Kamis, 31 Oktober 2013

Senyum Getir Mantan Buruh

Oleh: Abu Gybran

Balaraja, 31 Oktober 2013
Lelaki paruh baya itu sedang menyeruput kopi panasnya di warung kopi pinggir Jalan Raya Serang yang tak jauh dari rumahnya. Dia dikejutkan oleh deru mesin ratusan sepeda motor yang menguasi jalan. Riuh klakson motor yang memang sengaja dibunyikan terus-menerus oleh pengendaranya. Lelaki paruh baya itu melongok keluar warung, dia tidak terkejut sama sekali. Dia langsung tahu, bahwa itu adalah demo buruh. Entah apa yang ada dalam pikirannya, dia tersenyum melihat aksi buruh itu. Ya, tersenyum. Senyuman getir.

Sebut saja lelaki paruh baya itu, Bondan. Menyaksikan aksi buruh itu, dia teringat masa tiga tahun lalu. Dia pun pernah melakukan aksi demo buruh, bahkan dia termasuk buruh paling 'keras' ketika menyuarakan tuntutan buruh, terutama soal upah. Ya, dia adalah mantan buruh. Dia di PHK, sebab pabrik tempatnya bekerja sudah tutup alias gulung tikar.

Setelah di PHK itu, hingga kini Bondan belum dapat pekerjaan baru. Lamaran kerjanya selalu ditolak oleh perusahaan yang dia tuju. Terbentur oleh usia yang tidak memungkinkan lagi untuk bekerja di pabrik. Dia tidak menyalahkan Serikat Buruh yang dulu dia berada didalamnya. Dia tahu konsekwensi dari seorang aktivis buruh. Hanya saja saat itu dia ingin bertanya kepada para buruh yang sedang melintas didepannya; apakah mereka pernah berpikir terhadap kawannya yang sudah ter-PHK seperti dirinya?

Bondan seperti kehilangan segala-galanya, termasuk kawan-kawan buruh. Dia merasa sendirian dan memang sudah ditinggalkan oleh kawan-kawan buruh. Dimana solidaritas yang sering diusung oleh buruh itu? 

Penyesalan memang selalu datang belakangan. Waktu masih menjadi buruh pabrik, tidak sedikit pun terlintas dalam pikiran Bondan untuk memikirkan pekerjaan lain setelah berhenti jadi buruh pabrik. Dia baru menyadari betapa sulitnya mencari pekerjaan lain setelah berhenti menjadi buruh pabrik. Dia terlena menjadi buruh pabrik sehingga lupa untuk menyiapkan keahlian yang lain setelah menjadi mantan buruh. Pikirnya, andai saja dia punya keahlian lain, mungkin dia tidak akan mengalami nasib seperti yang dialaminya saat ini.

Dia masih memandangi ratusan buruh yang berkendara sepeda motor itu yang melintas dihadapannya. Yel yel yang diteriakkan buruh menyatu dengan deru mesin dan klakson motor. Jalan menjadi macet. Lagi-lagi Bondan tersenyum, entah apa artinya. Bondan kembali masuk ke warung kopi untuk menghabiskan kopinya yang masih tersisa. Kopinya sudah dingin seperti senyumnya yang dingin. ***

Senin, 28 Oktober 2013

Remaja Taman Cikande Menari

Oleh: Abu Gybran

Taman Cikande, 27/10
Sanggar Seni Karina Enterprise yang berpusat di Tigaraksa, Tangerang, kembali mengembangkan sayapnya di Taman Cikande. Sanggar yang diketuai oleh Ki Sundara ini mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat Taman Cikande. Terbukti, pada pembukaan pertama kegiatan sanggar yang memfokuskan pada seni tari tradisional ini langsung diikuti oleh 40 siswa anak-anak dan remaja yang mendaftar.

Acara yang diselenggarakan di Balai Warga Taman Cikande RW 01 berlangsung cukup meriah. Terlebih acara pembukaan ini diselingi dengan tarian-tarian yang dibawakan oleh beberapa siswa remaja sanggar yang sudah jadi. Tentu saja ini sangat memotifasi anak-anak siswa baru untuk belajar menari.

Pentas Seni 17 Agustus
Berawal dari antusiasme para remaja pada pagelaran seni dalam pesta kemerdekaan 17 Agustus setiap tahunnya, yang kemudian beberapa tokoh masyarakat serta diamini oleh Ketua RW 01 Taman Cikande, Sugeng Prayitno,  berupaya mengadakan satu wadah sebagai sarana penyaluran bakat-bakat seni remaja. Bekerja sama dengan Sanggar Seni Karina Enterprise merupakan bukti dari keseriusan masyarakat Taman Cikande dalam pembangunan, khususnya melalui jalur seni.

Saya sebagai warga, sangat mengapresiasi kegiatan yang diperuntukkan bagi anak-anak dan remaja ini. Setidaknya menurut saya kegiatan ini akan berdampak positif bagi perkembangan remaja kedepannya. Bukan perkara yang mudah mengarahkan kehidupan anak-anak serta remaja pada nilai-nilai yang mampu memberikan pengembangan untuk diri mereka dan masyarakat di lingkungannya. Pendekatan melalui jalur seni merupakan salah satu langkah cerdas untuk mengajak mereka bersosialisasi.

Remaja Taman Cikande Menari
Melihat para remaja Taman Cikande tampil dalam pagelaran seni tingkat nasional adalah harapan dan impian. Dan ini bisa diwujudkan jika kegiatan ini didukung oleh seluruh komponen masyarakat Taman Cikande. Melestarikan tarian tradisional merupakan salah satu kepedulian kita terhadap seni dan budaya bangsa sendiri. Kalau bukan kita lantas siapa lagi?.

Harapan kita adalah kedepan, saya yakin dalam waktu dekat kita akan melihat remaja-remaja Taman Cikande akan menjadi penari-penari tradisional yang handal. Semoga.*** . 


Sabtu, 19 Oktober 2013

Aku yang Melebay

Oleh: Abu Gybran
















Bukan hanya pada matahari saat terik
aku berbisik malu-malu
Pada desir angin, daun-daun akasia yang berdesah
juga pada burung-burung kecil;
Aku merindu tawa manja
milik bunga desa

Harum padi dan rerumputan menghipnotis
jiwaku yang rana
membawaku pada pusaran dimana aku tak mampu berkata-kata
Terperangkap oleh pesona indah rupa
lekat melekat rinduku
dan aku mulai melebay

Coba kau dengar; aku yang kehabisan kata-kata
Aku hanya mampu mengungkapkan kata lebay
Tapi sudilah kiranya kau mendengar nyanyian rinduku
kutitipkan pada desir angin

"Duh, angin. Duh, pangnepangken
harewos hate nu kangen
Kadeudeuh katresna ati
Anjen nu dianti, nu dianti."

Aku merindu
Aku melebay
Pesonamu membuat aku gila,
bunga desa.

(Tangerang, 19 Oktober 2013)


Rabu, 16 Oktober 2013

Anyer

Oleh: Abu Gybran
















Tak jauh dari tugu Nol Kilometer
jalan Anyer - Panarukan
Di pantai itu kau biarkan pandangan berkelana
hingga kaki langit
Ada yang tak mampu kau lihat
Ada banyak yang tak mampu kau tafsirkan
Batas laut, tembang-tembang camar dan pasir lembut yang menempel di jemari kaki
Ada rindu yang kau biarkan menari-nari
di atas riak-riak canda ombak
Menggembala rindu
Itu yang kau tahu
Selebihnya kau biarkan lepas...............

Memotretmu, aku ketakutan
Sebab di sekelilingmu adalah saksi-saksi yang tak hanya diam
tapi melekat erat dalam kenangan
dan itu akan menjadi cerita

Kita akan meninggalkan cerita yang kita tulis
di Pantai Anyer, Banten.

(Tangerang, 16 Oktober 2013)


Selat Sunda 
Abu Gybran

















Membuncah, tumpah ruah dan kita melarungnya di laut selat sunda
Ada janji yang disematkan dan asa digantungkan
Kau sampaikan itu pada riak ombak, pada pantai dan hamparan pasir kau tuliskan segala rasa
Aku tersenyum saat kau menoleh menatapku, manja seperti camar-camar bermain dilayar-layar perahu nelayan
Tak ada gundah, sebab segala resah telah kita benturkan dan kita tinggalkan diatas karang
Di selat sunda ada cinta kita

( Tangerang, 16 Oktober 2013 )

Jumat, 11 Oktober 2013

Gundah

Oleh: Abu Gybran














Di ujung senja
aku tak pernah merasakan kegundahan seperti sekarang ini
Semburat warna jingga yang menggoda
tak mampu menenangkan jiwa rana

Duhai pesona yang menghilang......!
kiranya kau telah jauh terbang
Menggoreskan kata di pantai Puutara, Ende
Meninggalkan cerita yang tak tersampul
kau biarkan tercecer dijamah riak-riak ombak berebutan
Hanya wangi parfummu
ya, hanya wangi tubuhmu
masih harum melekat pada layar-layar perahu kecil
Dan kau biarkan aku dalam pelukan gundah
Aku yang rana

(Tangerang, 11 Oktober 2013)

Sabtu, 05 Oktober 2013

Setumpuk Rindu di Pantai Puutara Ende

Oleh: Abu Gybran














Deburan ombak bercengkrama dengan burung-burung laut
dalam balutan angin senja
Kau biarkan kakimu menapaki pasir basah yang menggelitik
di pantai Puutara pulau Ende
kau tumpahkan segala rasa
pada burung-burung laut,
angin senja,
dan pada pasir basah
Kau berharap mereka merasakan resah
gelisahmu
Rindu yang bertumpuk
sampai kau tak tahu lagi hitungan hari

Matahari kembali keperaduan
Senja temaram pantulkan warna jingga
Kau biarkan tenggelam dalam pelukan malam
Rindu berkelana, menari bersama lampu-lampu kecil 
berderet di bibir pantai
terangi rumah-rumah nelayan, membaringkan lelah 

Ah !
Lagi, kau pun berniat membagi rasa pada kerlipnya
lampu-lampu kecil yang meredup

Pada pantai yang berselimut gelap
Kau titipkan rindu
untuk sebuah nama yang kau lafalkan dengan kata; cinta..

(Tangerang, 5 Oktober 2013)

Sabtu, 14 September 2013

Ajari Aku Kembali

Oleh: Abu Gybran
















Sahabat..........
Bicara apa kita kemarin sore ? Aku lupa apa saja yang kita bicarakan
Otakku lagi kusut
Sungguh !
Pikiranku buyar seperti batu-batu kerikil yang dipecahkan
Untuk menjadi fokus, aku harus kembali mejelajahi masa lalu
dimana aku pernah berhenti, terjatuh
di kubangan lumpur hitam

Maaf, aku harus mandi dulu
Setelah itu kita bicara lagi. Aku ingin mendengar apa yang kau sampaikan
Mendengarmu dengan kebersihan jiwa dan pikiranku
Sungguh !
Aku sangat memerlukan kehadiranmu
menemaniku untuk kembali menemukan sesuatu yang telah hilang
Miliku; aku yang sebenarnya

Tuntun aku untuk mengenali diriku yang lama menghilang
terkubur dalam kubangan hitam
Sirami aku dengan kesejukan embun pagi
dengan untaian doa yang kau kirimkan pada yang aku rindui
Aku meng-amin-kannya
sebab aku tak sanggup berkata-kata langsung pada-Nya
aku malu !

Ajari aku kembali untuk mengucapkan kata
Allah.

(Tangerang, 14 September 2013)

Kamis, 12 September 2013

Buruh Jangan Mau dibayar Upah Murah

Perlawanan Buruh Terhadap Upah Murah
Oleh: Abu Gybran

Serang, 12 September 2013, Aliansi Serikat Buruh Serang melakukan aksi demo menjambangi DPRD menuntut penghapusan sistem kerja Outsourcing dan upah murah. Sejumlah Serikat Buruh di Kabupaten Serang mensinyalir masih banyak perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruhnya dengan upah di bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK). Seperti disampaikan oleh seorang aktivis buruh, @Imtiyaz Afifudin Arafat dalam akun Facebook-nya.

Sebenarnya, tuntutan buruh selalu saja tidak jauh dari hal normatif yang seharusnya mereka tidak perlu melakukan aksi demo jika perusahaan dapat minimal memenuhi aturan normatif ini yaitu besaran UMK. Sebab tiap tahun tuntutannya nyaris selalu sama. Artinya memang seperti terkesan adanya 'pembiaran' dari pengawas ketenagakerjaan terhadap perusahaan-perusahaan yang melanggar pengupahan terhadap buruhnya. Hal ini pula yang kemudian menjadi salah satu agenda tuntutan buruh terhadap kinerja Disnaker Kabupaten Serang yang terkai dengan kepengawasan.

Buruh memang harus melawan ketika haknya tidak dipenuhi terlebih soal upah. Buruh harus berani berkata:"Tidak untuk upah murah!"

Sembilan bulan telah berlalu di tahun 2013 ini, namun masih banyak perusahaan-perusahaan yang menangguhkan besaran UMK tahun 2013. Sampai kapan? Alih-alih mendapatkan upah yang layak, buruh justru masih banyak yang gigit jari dari kenaikkan upah di tahun 2013. Penangguhan upah yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan di Kabupaten Serang telah mendera buruh pada posisi yang serba salah. 'Butuh kerja' adalah alasan yang seringkali buruh memilih untuk diam.

Penangguhan upah yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan tentu tidak berdiri sendiri. Sebab penangguhan upah tentunya melalui proses peraturan yang berlaku yang disahkan oleh Pemerintah Provinsi Banten yakni Gubernur Ratu Atut Chosiyah. Hanya persoalannya adalah kebutuhan hidup buruh itu tidak bisa ditangguhkan. Buruh jangan mau dibayar dengan upah murah.***

Minggu, 01 September 2013

Caleg Serba Dadakkan

Oleh: Abu Gybran

Sepanjang jalan Raya Serang antara Cikande sampai Balaraja, setiap kita melintas mata kita akan disuguhi di kiri dan kanan jalan banyaknya spanduk-spanduk atau baliho Calon Angota Legislatif (caleg) untuk tahun 2014 yang diusung oleh sejumlah partai politik. Semerawut, sebab spanduk atau baliho terkesan dipasang asal tanpa mempertimbangkan tata ruang. 

Namun dalam catatan saya ini, saya tidak ingin menyoroti kesemerawutan pemasangan spanduk-spanduk itu. Terusterang saya terkesan dengan penampilan gambar-gambar para caleg tersebut. Mereka tampil anggun, kharismatik dan religius. Dengan tulisan kata-kata santun sekaligus sebagai perkenalan dan ajakan tentunya agar rakyat tidak lupa untuk memilih mereka.

Ngedadak religius
Atau barangkali tepatnya adalah religius dadakkan. Coba saja perhatikan; yang pria tak lupa mengenakan kopiah hitam atau sorban. Bagi yang wanita mengenakan kerudung atau pakaian hijab dengan senyum (yang diusahakan) semanis mungkin. Tulisan yang menyertai pun beragam "Selamat Hari Raya Idul Fitri." misalnya,dan kata-kata yang lain yang berkaitan dengan perayaan hari besar agama. Tampil agamis demi pencitraan walau cuma dadakkan.

Saya kira apapun akan dilakukan oleh mereka sebab tujuan mereka adalah agar mereka bisa dikenal oleh para calon pemilih dan mendapatkan suara sebanyak mungkin. Bahkan tidak sedikit pula diantara mereka yang rutin mengadakan pengajian mingguan untuk jama'ah umum di masjid atau ditempat lain (padahal sebelum nyaleg, jangankan bikin acara pengajian datang kepengajian di masjid saja, gak tuh....hehehehe) . Alasan mereka kegiatan seperti ini tidak akan disorot oleh Panwaslu sebagai 'nyuri' star kampanye; "ini murni ibadah," kilah mereka.

Ngedadak aktivis
Tepatnya aktivis dadakkan. Saya melihat caleg ini dari kalangan buruh. Unik memang, ketika sebelum diusung menjadi caleg, perannya dalam perburuhan nyaris tak terdengar. Tapi menjadi lain ketika nyaleg. Setiap ada event perburuhan mereka tampil atau ditampilkan dengan orasi vokalnya membela kaum buruh. Aneh juga sih, selama ini mereka kemana?

Karena tidak disiapkan, wajar saja jika caleg dari kaum buruh selalu gagal untuk mendapatkan suara pemilih seperti pemilu sebelumnya. Ironisnya dari kalangan buruh sendiri tidak memilih mereka? Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran politik bagi kaum buruh masih jauh dari harapan. Pentingnya kaderisasi bagi para penggiat perburuhan jika ingin mendapatkan kursi di parlemen. Tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Caleg serba dadakkan
Kembali kepada pembahasan pokok catatan saya ini. Bahwa pandangan saya terhadap gempuran spanduk-spanduk serta baliho para caleg menunjukkan kepada kita betapa mereka berusaha 'memaksa' kita untuk mengenali mereka. Padahal idealnya seharusnya mereka yang berusaha untuk mengenali siapa yang bakal menjadi pemilihnya. Sebab jika terpilih mereka akan menjadi wakil rakyat yang menyuarakan kepentingan rakyat. Itu artinya mereka harus kenal terlebih dahulu dengan rakyat yang memberikan hak suaranya setidaknya yang berada pada Dapil-nya. 

Bagi saya, sosok pemimpin itu disiapkan. Bukan pemimpin dadakkan atau wakil rakyat dadakkan. Jika hal ini yang terjadi, maka hasilnya pun akan serba dadakkan. Ramai diawal sepi dipertengahan dan diakhirnya. Dan rakyat yang memilih dilupakan.***  
.   

Minggu, 25 Agustus 2013

Ngariung Makan Bersama Buruh PT. Pearland Balaraja

Oleh: Abu Gybran

Ketika saya mengambil gambar ini, sebenarnya saya tidak sampai hati untuk mengabadikannya. Tapi inilah barangkali saat-saat terakhir dimana saya harus menyaksikan mereka dengan segala kebesaran hati. 

Ngariung makan bersama buruh PT. Pearland merupakan acara spontanitas mereka lakukan disaat istirahat makan siang. Walau perpisahaan itu sudah ada didepan mata, mereka masih sempat bercanda dengan berseloroh bahwa ini adalah makan terakhir bersama.

Dengan diiringi alunan musik dari daerah sunda yang mereka putar dari telepon seluler, acara ngariung itu terasa hidmat. Sungguh mereka benar-benar berbesar hati seakan tidak ada masalah dengan yang bakal terjadi. Saya menangkap dari raut wajah mereka, bahwa mereka berusaha untuk tetap tegar. Dan mereka berusaha untuk menyembunyikan kata pisah. Ya, mereka akan tetap bersama walau tak bersama. Kenangan yang tak mungkin dilupakan.***

Surat Terbuka Untuk Buruh PT. Pearland Di Balaraja

Oleh: Abu Gybran

Surat ini saya sampaikan untuk kawan-kawan buruh PT. Pearland di Balaraja, Tangerang. Kawan, kita telah mendapatkan hak-hak kita dari perusahaan, namun kenyataan pahit tetap saja harus kita terima. Sesuatu yang sama sekali tidak kita kehendaki dan kita telah berusaha semampu kita untuk menghindarinya. Dan hal serupa pun telah dilakukan oleh perusahaan untuk tetap berdiri, namun tetap saja kita harus menghadapi ini bersama-sama.  Di Balaraja, langkah perusahaan harus terhenti.............

Saya tidak ingin mengatakan bahwa surat ini sebagai surat perpisahan. Kita akan tetap bersama-sama walau tidak lagi pada kendaraan yang sama nanti. Hati kita akan selalu terpaut. Puluhan tahun kita bersama. Rasa-rasanya tidak mungkin persahabatan yang terbingkai kekeluargaan antara kita sebagai buruh dan pengurus perusahaan pudar begitu saja dalam benak hati kita. Saya percaya persahabatan kita akan selalu ada dan tidak akan terputus hingga ajal menjemput.

Kawan, sekalipun perusahaan dimana kita bersama meraup rizki didalamnya sudah tidak ada lagi, bukan berarti rizki kita ikut terputus. Tidak kawan. Puluhan tahun kita berkarya di perusahaan akan menjadi pengalaman yang sangat mahal dan berharga buat kita. Diluar sana kita bisa mengembangkan pengalaman kita untuk kehidupan selanjutnya. Asal kita mau berusaha dan memang harus tetap berusaha. 

Tidak ada gunanya memendam kekecewaan, sebab kita sama-sama tahu dan kita bersama telah memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Kita menyadari segala bentuk apapun di dunia ini ada batas dan akhirnya. Dan akhir yang baik itu bergantung bagaimana kita menyikapinya. Ikhlas bahwa segalanya akan berakhir, percayalah kawan, kita tidak akan mendapati kekecewaan itu.

Kata ikhlas adalah kunci untuk saling memahami dan memaafkan. Kita sebagai buruh tidak selalu benar, bisa jadi banyak kekurangannya. Begitu pula pengurus perusahaan sebagai mitra kerja. Namun tidak ada salahnya kita mengucapkan kata terima kasih pada pemilik perusahaan yang telah memberikan peluang kerja pada kita. Kata yang paling indah sebagai ungkapan rasa syukur kita selama puluhan tahun dalam kebersamaan baik suka maupun duka. 

Kawan, berat memang dan tidak mudah apa yang bakal kita hadapi dikemudian hari. Kita dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sangat jauh berbeda dengan masa lima atau sepuluh tahun kebelakang. Diantara kita dan memang rata-rata sudah berkeluarga. Bersama kita sudah ada suami, isteri dan anak-anak kita yang menjadi tanggung jawab kita. Apapun yang terjadi, kita harus tetap menjaga agar senyum suami, isteri dan anak-anak kita tetap mengembang. Tentu saja kita harus tetap melanjutkan sisa perjalanan walau jalan yang kita tempuh sudah berbeda. Kita terpaksa berpisah diakhir hampir penghujung jalan. Kita harus menyelesaikan perjalanan yang tersisa sendiri-sendiri.

Sekali lagi saya ingin menyampaikan; surat ini saya tulis bukan sebagai tanda perpisahan. Namun dengan berat hati saya ingin menyampaikan kata pisah pada kawan-kawan jika memang dikemudian hari kita benar-benar berpisah. Kata hati yang teramat dalam. "Selamat melanjutkan langkah untuk perjalanan yang masih tersisa. Langkah yang dibarengi rasa optimis dan keyakinan yang mantap, bahwa Tuhan tidak akan membiarkan hidup kita menjadi susah. Tuhan cinta pada hamba yang tetap berusaha walau didera ujian berat sekalipun. Selamat jalan kawan-kawan tercinta.........!!!"

Sabtu, 24 Agustus 2013

Bagi Buruh, Upah Bukan Berarti Segalanya

Oleh: Abu Gybran

Judul tulisan saya ini barangkali tidak populer, bahkan mungkin terkesan 'menyepelekan' kebutuhan pokok buruh yakni upah. Dalam tulisan ini saya hanya ingin berbagi dengan siapa saja yang menghendaki perubahan dalam menata hidup untuk mendapatkan ketenangan dan ketentraman sehingga sampai pada tujuan; bahagia. Ini mengenai pengalaman saya ketika saya menjabat HRD & GA (Human Resources Development & General Affair) atau pengembangan SDM ditempat saya kerja hingga saat ini. Walau saat sekarang ini saya sudah tidak lagi menjabat HRD & GA, tapi setidaknya banyak pengalaman positif yang bisa saya petik sehingga cara berpikir saya lebih luas saat menghadapi permasalahan perburuhan. (hehehehe....kedengarannya sedikit agak lebay)

Saya ingin bicara sejauh mana buruh betah bekerja disuatu perusahaan. Apa saja sih yang membuat buruh atau pekerja betah dan nyaman dalam bekerja? Saya yakin buruh akan menjawab langsung, yaitu upah yang layak. Kalau jawabannya benar hanya upah yang layak yang membuat buruh betah dan nyaman bekerja; tapi faktanya banyak perusahaan yang buruhnya keluar masuk. Ya, keluar masuk padahal buruh sudah mendapatkan upah yang layak. Dalam hal ini saya tidak ingin mengatakan bahwa upah layak itu tidak penting tapi disamping itu ada hal lain yang membuat buruh betah dan nyaman bekerja. (sory bro, bukan menggurui)

Saya berani mengatakan bahwa buruh bisa setia pada perusahaan bergantung bagaimana perusahaan dan pimpinan atau atasan memperlakukan buruhnya. Artinya untuk mendapatkan kenyamanan kerja yang membuat buruh betah dan setia pada perusahaan, buruh tak selalu membutuhkan uang yang didapat. Hal ini yang sering dilupakan oleh para pimpinan atau atasan terhadap buruhnya. Bahkan kadang yang membuat saya merasa miris, atasan gak mau tahu; pokoknya buruh atau pekerja harus mendapatkan hasil kerja sesuai target yang telah ditentukan. Menurut saya instruksi semacam ini sungguh sangat menyeramkan.

Disamping upah yang layak, setidaknya ada 4 hal yang harus diperhatikan oleh pengurus perusahaan. Bahkan 4 hal ini jarang sekali menjadi tuntutan buruh ketika melakukan aksi atau demo terhadap perusahaan.

Pertama adalah komunikasi
Saya tidak habis pikir bagaimana seorang pimpinan bisa melakukan kerja sama dengan bawahanya tapi jarang melakukan komunikasi. Pastinya akan sulit membangun hubungan yang baik untuk saling mempercayai. Melakukan komunikasi yang cukup dengan bawahan terutama mengenai keterkaitan dengan pekerjaan, setidaknya buruh akan merasakan bahwa dirinya merupakan bagian yang terpenting diperusahaan.

Tidak akan mengurangi kewibawaan pimpinan ketika berbicara dengan jujur dan terbuka pada bawahannya selama masih dalam koridor manajemen. Hal kecil saja, saat menyapa, menegur dan berdiskusi dengan buruh dengan cara yang elegan dan sopan serta tidak mengedepankan power jabatan bahwa saya adalah atasan, maka buruh akan 'terbeli' hatinya. (ada lho bro, seorang pimpinan kalau diskusi sama bawahanya gak mau ngalah, padahal salah....hehehe).Yang harus disadari oleh pimpinan adalah setinggi apapun posisi jabatan bahwa pekerjaan bawahan berkaitan dengan kepentingan pekerjaannya.

Kedua adalah konsistensi
Tidak sedikit buruh yang berhenti di perusahaan karena dirinya merasa disepelekan. Walaupun hal ini tidak diungkapkan pada atasannya. Artinya buruh tidak mendapatkan perhatian yang baik dilingkungan perusahaannya. Sehingga buruh merasa sendiri ditengah-tengah kesibukan produksi. Kalau situasinya seperti ini, siapa sih yang betah bekerja?

Tidak konsisten-nya pimpinan dalam membuat instruksi pekerjaan kepada buruhnya, sering berubah-rubah, maka hal seperti ini akan membuat buruh menjadi kurang percaya diri. Buruh akan merasa bahwa pekerjaanya selalu dianggap salah. Padahal yang salah adalah instruksi pimpinan yang tidak konsisten. Sikap konsisten pimpinan akan ditiru oleh bawahannya. 

Ketiga adalah peluang
Penting artinya ketika pimpinan perusahaan memberikan peluang kerja besar kepada buruhnya. Beda jauh ketika pimpinan memberikan peluang kerja besar dengan hanya janji kosong (omdo,emang enak dikibulin? hehehehe). Ketika pimpinan berusaha menaikkan kinerja bawahannya dengan janji-janji posisi jabatan yang bakal didapat, yakinlah bahwa hal ini tidak akan berhasil. Sebab bawahanpun bisa menilai kesungguhan serta komitmen pimpinan. Pimpinan yang bijak adalah tidak pelit terhadap ilmu dan tidak takut jabatannya bakal digantikan oleh bawahannya. Sehingga dalam prakteknya buruh senantiasa diberikan kepercayaan untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dalam bimbingannya. Buruh tidak dibiarkan sendiri ketika menghadapi masalah yang timbul.

Memberikan peluang kerja yang besar secara merata kepada buruh merupakan hal yang tepat. Setidaknya kedepan pengurus perusahaan akan bisa melihat siapa saja yang bisa memanfaatkan peluang yang telah diberikan.

Sosok HRD yang baik
HRD yang baik adalah yang senantiasa memperhatikan kinerja, kredibilitas dan masalah yang dialami buruhnya. Sebab kepemimpinan HRD merupakan garda terdepan bagi sebuah perusahaan. Harus turun kebawah bukan cuma duduk dikantor yang ber-AC dengan pura-pura sibuk. Saya berani mengatakan hal ini karena memang faktanya yang saya tahu demikian. Saya tahu dari teman-teman buruh di perusahaan-perusahaan yang lain, yang mengatakan bahwa jarang sekali seorang HRD yang turun kebawah untuk mengatasi berbagai masalah buruh yang timbul. Padahal ini adalah tugas pokoknya.

Harus menjadi catatan bahwa banyaknya buruh yang tidak betah sehingga memilih untuk berhenti bekerja, itu dikarenakan kepemimpinan HRD yang buruk. 

Kesimpulan
Terakhir saya ingin menyimpulkan bahwa pengurus perusahaan yang baik adalah yang memiliki semua sikap yang menyenangkan bagi buruhnya. Komunikatif, konsisten dan mampu memberikan peluang kerja yang besar secara merata dan kompenten dalam mengelola buruh didalamnya.   

Saya yakin jika hal ini dilakukan dengan tepat oleh semua pengurus perusahaan, maka akan tercipta suasan kerja yang nyaman dan tentunya buruh pun akan merasa betah untuk terus bekerja. Jika demikian untuk mendapatkan kenyamanan dalam ruang lingkup kerja tidak melulu tertumpu pada besaran upah. Upah adalah pokok tapi bukan berarti segalanya.***    .            

Rabu, 21 Agustus 2013

Pantun Sepeda Cinta

Oleh: Abu Gybran

















Naik sepeda bertelanjang dada
sepeda ontel bukan sepeda kumbang
Dengarlah abang berkata cinta,
hanya untuk dinda seorang.   (gombal abis)

Naik sepeda diwaktu senja,
senja indah di Parangtritis
Jika abang nanti tak setia,
abang rela mati diujung keris.

Anak gadis menabuh rebana
rebana ditabuh diterang bulan
Kata nenek; jangan suka bermain cinta
kalau belum punya kerjaan.    (hehehehe......dengerin tuh! )

Ke pasar baru beli seikat rambutan
naik sepeda lewat jalan layang
Bahagia punya pacar cantik menawan
tapi sayang gak pernah sembahyang.     (putusin aja, percuma....hehehe)

(Tangerang, 21 Agustus 2013)

Selasa, 20 Agustus 2013

Gairah Diujung Senja


Oleh: Abu Gybarn

Teriakan camar
diujung senja mengambil alih pandangan
Ada isyarat yang harus aku terjemahkan
pada tiap kepakkan sayapnya
Sudah tak lincah
melamban

Aku terhenyak
dijungkirbalikan waktu tanpa ampun
nafsu kuasai tiap desah napas
Gairah diujung senja
mewarnai langkah yang mulai melamban

Senja sudah merona
Camar bergegas, lenyap dibatas malam
lantunkan pujian syukur
Ach, memang sudah waktunya mengubur
sombong dan takabur.

(Tangerang, 20 Agustus 2013)

Sabtu, 17 Agustus 2013

Hidup Merdeka

Oleh: Abu Gybran

Hari ini 17 Agustus 2013, bertepatan dengan hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Bendera Merah-Putih berkibar hampir disemua halaman rumah, kantor pemerintah dan swasta serta menghiasi sepanjang jalan. Namun demikian seringkali kita masih mendengar pertanyaan yang bernada pesimistis;"Benarkah negeri ini sudah merdeka?"

Menurut saya, negeri ini sudah merdeka 68 tahun yang silam, 17 Agustus 1945 dan ini adalah fakta yang tak bisa dipungkiri. Barangkali jika pertanyaannya adalah; "Apakah rakyatnya sudah merdeka?" Jawabanya mungkin bisa ya dan tidak. Sebab pada sisi yang lain kita masih menjumpai ketimpangan antara yang kaya dan miskin. Pemerataan dibidang ekonomi memang masih dirasakan kurang. Bahkan kebebasan beribadahpun seringkali terjadi diskriminasi bagi pemeluk agama minoritas. Belum lagi penegakkan hukum yang belum menyentuh keadilan secara merata.

Lantas Kemerdekaan Itu Milik Siapa?
Jawabannya tentu milik semua orang. Banyak cara orang mengisi kemerdekaan hidup ini. Berbeda jauh dengan orang-orang terdahulu untuk merebut kemerdekaan dari bangsa penjajah. Mereka harus angkat senjata bahkan menumpahkan darah untuk sebuah cita-cita yaitu merdeka. 

Merdeka kini adalah mengisi kemerdekaan itu sendiri. Menurut pandangan saya merdeka itu adalah bebas berkarya dan beribadah. Kepahlawanan hanya bisa diraih oleh orang-orang yang menginginkan adanya perubahan bagi diri, keluarga serta bangsanya. Setidaknya jadilah pahlawan untuk diri sendiri. Merdeka.....!!!   

Kamis, 25 Juli 2013

Limbah PT. Berkah Manis Makmur Mengganggu Masyarakat

Oleh : Abu Gybran

PT. Berkah Manis Makmur adalah pabrik yang memproduksi gula yang beralamat di JL. Raya Serang KM 62,5 Cikande, Serang, Banten. Sepengetahuan saya, pabrik ini mulai beroprasi pada awal tahun 2013. Saya tahu karena deru suara mesinnya pada awal produksi pernah membuat jantung saya hampir copot karena saking berisiknya. Padahal lokasi pabrik dengan pemukiman Perumahan Taman Cikande dimana saya tinggal jaraknya cukup jauh, sekitar 500 meter.

Bukan hanya berisik yang ditimbulkan oleh mesin produksinya, masyarakat sekitarpun terganggu oleh bau yang ditimbulkan limbah pabrik. Jika angin sedang menghembus kearah perumahan, maka bau menyengat akan segera memenuhi ruang udara perumahan. Udara jelas tercemar. Pernapasan jelas terganggu dan terasa sesak. Bau menyengat akan sangat dirasakan pada waktu sore hingga malam hari. Parahnya lagi limbah cair pabrik ini dibuang ke sungan Cidurian yang melintasi samping pabrik. Air sungai pasti tercemar dan dampaknya akan mengganggu kesehatan masyarakat yang sekarang masih memanfaatkan air sungai ini untuk keperluan MCK. Sebenarnya tidak akan menjadi masalah jika limbah cair sebelum dibuang diolah melalui IPAL yang benar.


Pabrik sebesar ini, tentu mempunyai dokumen AMDAL (Anilisis Mengenai Dampak Lingkungan). Hal ini yang membuat saya tidak habis pikir, sejauh mana kebenaran AMDAL yang dimiliki oleh perusahaan ini? Sebab jika hasil AMDAL-nya benar, tentu limbah atau gangguan lainnya tidak akan berdampak buruk pada masyarakat sekitar. Artinya sebelum proyek pabrik ini dibangun, AMDAL yang disusun sudah sesuai dengan amanat Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

AMDAL merupakan syarat berdirinya sebuah pabrik. Jika dikemudian hari ternyata pabrik ini mengeluarkan limbah yang dapat menggangu kehidupan masyarakat sekitar, maka masyarakat mempunyai hak untuk mengadukan hal ini kepada Dinas Lingkungan Hidup atau Kementrian Lingkungan Hidup. Sanksi yang bisa dijatuhkan oleh Menteri Lingkungan Hidup bisa berupa pencabutan Izin Usaha dan atau bergantung kepada seberapa besar pelanggaran yang dilakukan.

Sanksi Pidana
Sanksi pidana berdasar UU No. 32 tahun 2009 yang terkait dengan pelanggaran lingkungan hidup sebagai berikut:
(1). Setiap orang yang melakukan usaha tanpa memiliki izin lingkungan adalah penjara 1-3 tahun dan atau denda 1-3 Milyar.
(2). Setiap orang yang menyusun AMDAL tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun Amdal adalah penjara maksimal 3 tahun dan atau denda maksimal 3 Milyar.
(3). Pejabat pemberi izin lingkungan yang dalam penerbitannya tanpa dilengkapi dengan AMDAL adalah penjara maksimal 3 tahun dan atau denda maksimal 3 Milyar.
(4). Pejabat pemberi izin usaha yang dalam penerbitanya tanpa dilengkapi dengan izin lingkungan adalah penjara maksimal 3 tahun dan atau denda maksimal 3 Milyar

Sanksi Masyarakat
Melalui tulisan ini, saya tidak berniat untuk mempropokasi masyarakat untuk melakukan protes langsung kepada perusahaan. Sebab saya yakin masyarakat lama-kelamaan akan merasa 'gerah' juga jika harus mencium bau limbah pabrik ini setiap hari. Semestinya masalah ini menjadi perhatian serius manageman pabrik. Saya yakin pihak pabrik sudah mengetahui masalah ini. Jika masyarakat yang menjatuhkan sanksi, tentu hal ini akan merugikan semua pihak terutama perusahaan.

Oleh karenanya pihak perusahaan harus segera mengambil langkah perbaikkan duduk bareng bersama pemerintah terkait dan melibatkan masyarakat sekitar agar pencemaran dari limbah pabrik tidak menggangu lingkungan. Saya kira ini adalah jalan yang terbaik yang harus dilakukan sesegera mungkin. Masyarakat melalui ketua RT dan RW-nya harus berperan aktif terhadap persoalan ini. Jangan menunggu amuk massa!

Penutup
Pemodal punya hak untuk mendirikan dan menjalankan usaha. Dan masyarakat pun punya hak untuk hidup nyaman tanpa harus diganggu oleh dampak pencemaran pabrik. Tentunya pihak yang tak kalah pentingnya adalah pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Lingkungan Hidup sebagai pengawas lingkungan hidup harus benar-benar bertindak tegas jika terjadi pelanggaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan.***

Senin, 15 Juli 2013

Getar-Getar Sayap Lebah

Oleh: Abu Gybran















Pagi baru saja terbangun dari dekapan malam
Mengalun tembang rindu
yang kau titipkan
pada getar-getar sayap lebah
dalam keharuman bunga merekah

Pada getar-getar sayap lebah, aku menangkap gelisahmu
Betapa aku telah membunuh rindu: Rindu dalam balutan lembut kesetiaan
Aku telah banyak melewatkan isyarat yang telah kau titipkan
bukan hanya pada getar-getar sayap lebah,
nyanyian burung-burung manyar dan
desah daun-daun akasia disapu angin
Aku tak mampu lagi menghitung berapa rindumu yang menyendiri

Maafkan aku

Pagi baru saja terbangun dari pelukkan malam
Aku tak kan beranjak dalam peluk rindumu
Rindu kita.

(Tangerang, 15 Juli 2013)

Kamis, 11 Juli 2013

Ngabuburit Ala ABG Kini

Oleh: Abu Gybran

Ngabuburit, istilah ini hanya ada dalam bulan Ramadhan. Ngabuburit berasal dari Bahasa Sunda yang artinya melakukan suatu kegiatan sambil menunggu waktu maghrib untuk berbuka puasa. Banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan dengan santai sehingga dapat melupakan sesaat keluh kesah atau hal-hal yang dapat  menganggu serta mengotori kesucian ibadah puasa..

Bertadarus Al-Qur'an selepas shalat asyar, baca buku-buku agama atau apapun itu yang penting adalah bernilai positif (berpahala). 

Ngabuburit Ala ABG kini
Ngabuburit kini dengan ngabuburit tempo dulu telah mengalami perubahan sesuai perkembangan jaman. Seingat saya, waktu saya masih seumuran ABG, waktu ngabuburit dihabiskan dilanggar atau mushola bertadarus membaca Al-Qur'an. Ada yang menghabiskan waktu ngabuburitnya di pematang sawah untuk menggebah burung-burung yang memakan padi jika Ramadhan bertepatan dengan musim panen. 

Lain halnya dengan ngabuburit masa kini; teramat jarang remaja muslim yang menghabiskan waktu ngabuburitnya dengan membaca Al-Qur'an di mushola atau masjid. Waktunya habis nunggu maghrib sambil nonton TV. Masih syukur kalau yang ditontonnya acara yang berkaitan dengan ibadah Ramadhan, tapi biasanya acara semacam ini tidak disukai mereka.

Yang lebih gila lagi, saya seringkali melihat mereka berkumpul di tempat-tempat perbelanjaan; alasannya buka bersama. Bersama pacar tentu saja. Ini ngabuburit yang dilakukan oleh remaja yang berduit (duit dari ortu). Ada juga yang berkeliling bermotor ria berboncengan ke tempat-tempat yang mereka anggap nyaman untuk menunggu berbuka puasa. Astaghfirollah, cara mereka berboncengan itu seperti suami-istri.

Inilah sedikit potret ngabuburit anak ABG kini. Ngabuburit yang justru menjauhkan mereka dari ibadah puasa yang sebenarnya. Allah tidak berhajat kepada orang yang berpuasa tapi tidak mampu meninggalkan perbuatab-perbuatan yang semestinya dijauhi. Dalam hal ini tentunya peran orang tua lebih dominan untuk dapat mengarahkan mereka memahami agama yang benar. Lingkunganpun sangat berpengaruh membentuk karakter mereka dalam berprilaku. Artinya; ini adalah masalah kita sebagai umat Islam untuk tidak meninggalkan 'amar ma'ruf dan nahi munkar.***

*Tulisan ini dibuat sambil ngabuburit......hehehehe....  

Selasa, 09 Juli 2013

Islam Itu Sempurna

Oleh : Abu Gybran

1. Diriwayatkan dari 'Aisyah ra. Rosulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang melakukan yang bukan dari perintah kami, maka ia tertolak". (HR. Ahmad)

2. Pada riwayat yang lain Rosulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang mengada-adakan perintah kami ini yang bukan dari padanya, maka ia tertolak". (HR. Bukhory)

3. Riwayat yang lain, Rosulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang berbuat sesuatu urusan yang lain dari perintah kami, maka ia tertolak". (HR. Abu Dawud)

4. Diriwayatkan dari Anas ra. ia berkata: telah bersabda Rosulullah SAW : "Apabila ada sesuatu dari urusan duniamu, maka kamu lebih tahu tentang hal itu. Jika ada urusan dien-mu, maka akulah tempat kembalinya". (HR Ahmad)  

Kalau kita perhatikan makna dari hadits-hadits diatas, sangat tegas Rosulullah SAW menyampaikan kepada kita bahwa segala amal perbuatan yang ada keterkaitannya dengan addien/syare'at terutama sekali dalam perkara ubudiyah, maka wajib menurut petunjuk yang telah digariskan oleh Rosulullah SAW. Tidak dibenarkan ditambah atau dikurangi sekalipun menurut fikiran kita baik. Hal seperti ini merupakan jebakkan setan yang menggoda manusia dengan membisikan agar menambah atau mengurangi suatu urusan syare'at.

Celakanya, seringkali kita menganggap persoalan ini sepele. Bahkan sangat salah jika sesorang menambah-nambah urusan dien ini sekalipun untuk memperkuat fadilah-fadilah amal. Pendapat yang mengatakan boleh mengamalkan hadits-hadits lemah atau palsu sekalipun jika hanya berkaitan dengan fadilah amal. Amalan yang tidak ada dasarnya akan tertolak sebagaimana sabda Rosulullah SAW diatas.

Bahkan Rosulullah SAW sudah wanti-wanti agar umat Islam tidak terjebak oleh provokasi setan. Perhatikan hadits berikut: Dari Ibnu Abbas ra berkata; Bahwa sesungguhnya Rosulullah SAW berkhutbah pada waktu haji wada', maka Rosulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya setan telah berputus asa (dalam usahanya) agar disembah di bumi. Tetapi ia senang jika (bisikannya) ditaati dalam hal selain itu, yakni suatu amalan yang kamu anggap remeh dari amalan-amalan kamu. Berhati-hatilah kamu sekalian! Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kamu sekalian yang jika kamu berpegang kepadanya niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya". (HR. Hakim)

Oleh karenanya dapat kita pahami bahwa betapa Rosulullah SAW telah mengingatkan agar kita selalu waspada terhadap bisikan-bisikan setan yang mengajak kepada suatu amal yang menyalahi tuntunan Nabi SAW sekalipun hal itu nampak kecil. Perhatikan apa yang disampaikan oleh Rosulullah SAW berikut: "Maka berpegang teguh kepada sunnah itu lebih baik daripada mengadakan bid'ah". (HR. Ahmad)

Sekecil apapun amalan bid'ah yang dianggap baik, maka pada saat itu pula perkara sunnah telah dimusnahkan. Sehingga yang nampak kepermukaan adalah hanya perkara bid'ah yang dibela dan dipertahankan, sedangkan yang sunnah dibiarkan tertutup.

Pada saat seperti itulah umat Islam akan menjadi lemah dan akan mudah dikuasi oleh musuh-musuhnya. Tidak ada cara lain agar muslim menjadi kuat kembali kecuali kembali memurnikan syare'at Islam yakni kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rosulullah SAW. Islam sudah sempurna tidak perlu ditambah atau dikurangi hanya untuk kepentingan nafsu belaka.***  

Jumat, 05 Juli 2013

Istana Kebisuan

Oleh: Abu Gybran

















Mendung di langit
Hitam legam awan hitam melukis wajah gahar
penuh amarah
menghujani dengan sumpah serapah
Menggelegar
ditiap hentakkan menyambar
melampiaskan kecewa usai musim bunga
Berlalu
Kami ditipu.....!!!

Bukan mengeluh, tapi jiwa yang mengaduh
Asa luruh menyisakan sesak
dalam diam mengulas, membalikkan tiap lipatan
Seribu satu janji Tuan pada lembaran-lembaran hitam
Kiranya suara Tuan bukan suara parau kami
(Semestinya suara kami adalah Tuan yang menyuarakan)
Tuan menjadi pendiam
bungkam

Ah, nyatanya memang Tuan lebih suka bersemayam di istana biru
Tutup mata, juga tutup telinga dan bisu. 

Jumawa...!
Kami dilupakan, ditidur panjangkan
dalam balutan angan telanjang
dalam rekaan kehidupan yang diciptakan
jebakkan
Kami terperangkap dalam ruang pengap ketidakpastian
Dunia tipuan dalam genggaman kekuasaan
Istana Kebisuan.

(Tangerang, 05 Juli 2013)

Rabu, 26 Juni 2013

Shalat Dhuhur Setelah Shalat Jum'at

Oleh : Abu Gybran

1. Firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat jum'at,maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak sebanyaknya supaya kamu beruntung. Dan apabila melihat perniagaan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah: Apa yang disisi Allah adalah lebih baik daripada perniagaan. Dan Allah sebaik-baik pemberi rizki". (QS. Al-Jumu'ah; 9 s/d 11)

2. Sebab turunnya ayat 11 sebagai berikut: Imam Bukhory dan Muslim meriwayatkan dari Jabir ra. berkata: "Pada suatu jum'at ketika Nabi SAW sedang berkhotbah, tiba-tiba datang serombongan kafilah (dengan membawa barang dagangan), para sahabat lantas keluar dari masjid menyambut para kafilah sehingga tidak tersisa bersama Nabi SAW kecuali hanya 12 orang saja".  

3. Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rosulullah SAW bersabda: "Apabila datang waktu siang hari jum'at, maka shalatlah dua raka'at". (HR. Daruqutny)

Penelusuran
Kalau kita perhatikan dibeberapa masjid terutama diwilayah Banten, para jama'ahnya kembali melaksanakan  shalat fardhu dhuhur setelah shalat fardhu jum'at. Bagi saya hal semacam ini masih terasa asing sebab ada dua ibadah fardhu dalam satu waktu? Hal ini pula yang sedang saya cari jawabannya.

Walau pada akhirnya saya dapat memahami apa yang mereka lakukan dari pengelanaan saya membaca terhadap kitab-kitab fiqih dan sumber-sumber dari dunia maya. Setidaknya ada beberapa kitab yang mengulas perihal i'adah dhuhur setelah shalat jum'at di antaranya adalah kitab: Tanwirul Qulub hal. 184 s/d 195, I'anah Thalibin juz 2/59, Bughyatul Mustarsyiddin hal. 80 s/d 81 dll.

Shalat Dhuhur Setelah Shalat Jum'at
Kalau dicermati sebenarnya intisari dari i'adah dhuhur yang dibahas dalam kitab-kitab yang membahas perkara ini yang telah saya sebutkan dan yang lainnya adalah ihtilath (kehati-hatian) dari sebagian para ulama yang bermazhab kepada Imam Syafi'i. Sebab ragamnya pendapat yang dikemukakan oleh mereka adalah: Shalat jum'at menjadi tidak sah apabila jumlah jama'ah kurang dari 40 orang, pelaksanaan shalat jum'at dilaksanakan di dua masjid yang berdekatan dalam satu kampung, yang menjadi khotib atau imam belum memenuhi syarat sebagai imam serta khotbah yang disampaikan menggunakan bahasa bukan bahasa Arab. Perkara-perkara inilah yang kemudian menimbulkan keragu-raguan; apakah syarat-syarat pelaksanaan shalat jum'at terpenuhi atau tidak? Sehingga terjadilah i'adah dhuhur setelah shalat jum'at.

Dan yang berpegang kepada pendapat yang saya sebutkan diatas mengatakan; "Jika syarat-syarat shalat jum'at terpenuhi, maka shalat jum'at menjadi fardhu sedangkan shalat dhuhurnya menjadi sunah. Dan begitu pula sebaliknya jika syarat-syarat shalat jum'at tidak terpenuhi, maka shalat jum'at menjadi sunah sedangkan shalat dhuhurnya menjadi fardhu".

Inilah pendapat bagi yang melaksanakan i'adah dhuhur setelah shalat jum'at. Adanya perubahan-perubahan dari perkara wajib menjadi sunah dan dari sunah menjadi perkara wajib, menunjukkan betapa 'keragu-raguan' itu mendominasi praktek ibadah yakni shalat jum'at. Nah, dalam perkara ini pula saya sedang mencari jawaban dari sebuah pertanyaan; "Apa landasannya perkara wajib yakni shalat jum'at dan dhuhur bisa berubah menjadi perkara sunah?"

Dan saya menemukan jawabannya dari yang mereka jadikan hujjah atasnya yakni sebuah hadits sebagai berikut; Nabi SAW bersabda.  "Tinggalkan hal-hal yang meragukan engkau kepada yang tidak meragukan". (HR. An-Nasa'i dan Tirmidzi)
 
Tidak Ada Shalat Dhuhur Setelah Shalat Jum'at
Pendapat ini yang saya yakini dan saya kerjakan hingga sekarang. Hanya saya perlu sampaikan, saya sedang tidak menunjukkan bahwa inilah pendapat yang paling benar. Sebab hingga kini saya masih terus mengumpulkan pendapat-pendapat dari sumber yang paling shahih. Dan utamanya saya merasa nyaman melaksanakan kewajiban shalat jum'at tanpa harus shalat dhuhur setelahnya. 

Bagi saya sudah cukup dengan satu hadits saja dari Rosulullah SAW untuk melaksanakan ibadah shalat jum'at sebagaimana hadit yang saya nukil pada mukadimah diatas: "Apabila datang waktu siang hari jum'at, maka shalatlah dua raka'at". (HR. Daruqutny)

Perintah shalat jum'at merupakan perintah Allah yang kemudian pelaksanaannya melalui hadits-hadits Rosulullah SAW secara terang benderang. Dan Allah hanya memerintahkan serta mewajibkan pada hamba-Nya shalat 5 waktu dalam sehari semalam. Tidak ada satupun keterangan yang menukil terutama hadits Nabi SAW, bahwa ada dua shalat fardhu dalam satu waktu yakni shalat jum'at dan dhuhur siang hari di hari Jum'at..

Kalau kemudian ada yang berpendapat bahwa (syarat) shalat jum'at minimal harus 40 orang, maka hal ini bisa dibantah oleh hadits Nabi SAW pada asbabunnuzul ayat 11 surat Al-Jumu'ah bahwa Nabi SAW melaksanakan shalat jum'at hanya dengan 12 orang saja. Dan tidak ada keterangan setelahnya beliau dan para sahabatnya melaksanakan shalat dhuhur..

Ada pula yang menyampaikan bahwa sebelumnya jama'ah saat itu ada 40 orang sebelum mereka meninggalkan Nabi SAW. Ini hanya dugaan semata. Sebab saya pun bisa mereka-reka hal serupa; bisa saja jumlahnya bukan 40 orang tapi hanya 20 atau 30 orang saja sebelum mereka meninggalkan Nabi SAW. Jadi menurut saya syarat jumlah jama'ah jum'at minimal harus 40 orang ini sangat bertentangan dengan apa yang pernah dilakuka oleh Rosulullah SAW. Sebab tentunya Rosulullah SAW akan lebih memahami persoalan ini, tapi faktanya Rosulullah SAW tidak melakukan shalat dhuhur setelah shalat jum'at oleh karena jumlah jama'ah saat itu hanya 12 orang saja.

Adapun mengenai hadits: "Tinggalkan hal-hal yang meragukan engkau kepada yang tidak meragukan". (HR. An-Nasa'i dan Tirmidzi).

Hadits tersebut sifatnya umum yang memerintahkan kepada kita agar meningalkan perkara-perkara yang meragukan jika diamalkan. Artinya perkara-perkara yang belum jelas tentang kedudukkannya. Sementara perkara perintah shalat jum'at adalah perkara yang terang benderang yang diketahui dan diamalkan oleh setiap muslim. Oleh karenanya saya berpegang pada pendapat ini bahwa tidak ada i'adah dhuhur setelah shalat jum'at.

Kesimpulan
Sekali lagi, dalam tulisan saya yang sederhana ini, saya tidak bermaksud untuk menyatukan dua pendapat yang berbeda dari perkara i'adah dhuhur setelah shalat jum'at. Sebab sudah semestinya dua perbedaan pendapat dari masalah fiqih ini bisa menjadikan para pengamalnya untuk terus menggali hingga bertemu disatu titik yang sama yakni pada pijakkan Al qur'an dan Sunnah Rosulullah SAW. Setiap kita mempunyai hati nurani untuk menentukan pilihan mana yang terbaik, shahih dan tentunya berusaha menghindari ibadah-ibadah yang tidak ada asalnya.

Terakhir saya ingin menyudahi tulisan ini dengan sabda Rosulullah SAW sebagai berikut: "Barang siapa yang beramal sedang tidak ada atasnya perintah dariku, maka amalan tersebut tertolak". (HR. Bukhory) ***      

Ditulis dari berbagai sumber.

Jumat, 21 Juni 2013

Pesta Di Kuburan

Pesta Di Kuburan (1)
Oleh : Abu Gybran




















Mimpi itu panjang mengikuti rangkaian janji-janji yang Tuan berikan
hanya janji, sebab kami hanya menemukan kematian
yang menunggu dilorong kegelapan
Lorong gelap pembuangan
dosa-dosa Tuan.

Bunga bangkai tumbuh pada jasad-jasad kurus
tak terurus
Dibunuh mimpi, janji-janji membusuk
Menyeringai senyum Tuan, menyalakan dupa pada pesta kemenangan
tujuh hari tujuh malam
Di kuburan kami.

Batu-batu nisan
berbalut sepi. Tidak ada lagi mimpi dan tak ada lagi pemberi janji
Hanya sepi
sunyi
Tapi
benderang tempat kami, disana.

(Tangerang, 21 Juni 2013) 

Pesta Di Kuburan (2)

Menebar kata dusta
di musim bunga
Dalam balutan seribu wajah bersahaja
tutur kata manis gula
Demi tahta, memuja berhala
dan rakyat jelata adalah tumbal terpedaya

Wakil rakyat
kami memanggilnya Tuan yang terhormat
dimana Tuan ketika kami sekarat?

Musim bunga berlalu
tuan lenyap seperti hantu
Padahal kami yang mengantarkan Tuan bertahta di istana biru

Duhai musim bunga
Duhai pemuja berhala
wangi dupa pada pesta tuan berkuasa
Di kuburan kami; menari, berdansa dan tertawa
Bagi kami adalah sepi ditengah keramaian
dunia Tuan penuh tipuan.

(Tangerang, 02 Juli 2013)

Pesta Di Kuburan (3)

Kami terbunuh janji Tuan
harapan hanya berbalur angan
Angan yang tak pernah mengantar sampai ketepian
tempat yang Tuan janjikan

Dimana rumah kami dengan segala kesejukan?

Terhempas kandas !
Mati
Di lubang-lubang yang Tuan siapkan, kami tidur panjang dalam kelelahan
sepi
ditengah kemeriahan pesta keserakahan.

(Tangerang, 03 Juli 2013)