Jumat, 03 Februari 2012

Dalam Lumpur Hitam


Oleh : Abu Gybran

Kau kira mudah membangun mimpi pada tanah berlumpur hitam?
Terkadang aku tak habis mengerti dengan cara berpikirmu
Padahal aku telah mengenalimu dari ujung rambut sampai ujung kakimu
dan aku telah mengatakan untuk yang kesekian kalinya padamu;
"Beri aku kesempatan".
dan selalu saja kau diam. Kau tahu? Diammu telah menyudutkanku
pada titik nadir kesabaranku.


Kaki-kaki kita telah terlanjur
menancap dalam lumpur hitam kluwak
walau kita telah sepakat untuk membersihkan diri
dari segala kotoran yang melekat
pekat
Ketidakmampuan?
Aku yakin bukan, tapi kita telah dikalahkan oleh angkara murka
Nafsu yang membelenggu, membunuh mimpi-mimpi kita
Tapi kau tak mau tahu, memaksaku membangun seribu mimpi
pada tanah berlumpur hitam bekas kita mengumbar birahi.


Dengarlah, apakah kau mendengar seperti yang aku dengar?
Gemercik suara air di pancuran bambu
Mengalir lewat celah-celah batu, bening seperti kristal
Aku mengajakmu untuk membersihkan diri
Membunuh nafsu angkara murka, mengembalikan keyakinan dan kesabaran
Aku yakin, mimpi kita tidak ikut terkubur lumpur
Untukmu kelak
Kan ku persembahkan seribu mimpi untuk kita diami
Di awan
agar kita selalu dekat dengan Tuhan.

(Tangerang, 03 Februari 2012)

Tidak ada komentar: