Kamis, 10 Mei 2012

JEJAK MARSINAH

Pahlawan Buruh Indonesia
Oleh: Abu Gybran

Di kalangan buruh, siapa yang tidak kenal dengan Marsinah? Buruh perempuan yang menentang ketidak-adilan sistem perburuhan pada rezim Orde Baru 19 tahun yang silam. Dia merupakan cikal bakal pergerakan dan perjuangan bagi buruh saat ini. Betapa tidak, bukan hanya keberaniannya tapi kesetiakawanannya terhadap rekan perjuangannya telah banyak memberikan inspirasi bagi kebangkitan buruh.  

Darah perjuangannya mendidih saat merasakan dan melihat ketidak-adilan managemen pabrik yang memproduksi arloji dimana Marsinah bekerja yakni PT. Catur Putra Surya, Porong, Sidoarjo, Jatim. Buruh saat itu meminta kepada pengusaha kenaikan upah yang sesuai dengan Surat Edaran Gubernur Jatim. Pengusaha diam, aspirasi buruh tidak digubris sama sekali. 

Pada tanggal 3 Mei 1993 Marsinah dan seluruh buruh pabrik itu melakukan aksi mogok kerja. Pengusaha meminta bantuan aparat Kodim Sidoarjo untuk meredam aksi buruh agar tidak berlanjut. Keterlibatan militer terhadap perselisihan perburuhan saat itu memang teramat nyata. 

Tanggal 5 Mei 1993, 13 orang rekan Marsinah dipanggil ke Kodim Sidoarjo. Di bawah ancaman senjata mereka dipaksa menandatangani surat pengunduran diri lebih tepatnya adalah PHK sepihak.

Pada tanggal yang sama, didorong rasa solidaritas terhadap rekannya, dengan beraninya Marsinah mendatangi Markas Kodim itu sendirian. Sebenarnya Marsinah hanya ingin memastikan keberadaan nasib rekan-rekan perjuangannya. Inilah tanggung jawab yang diperlihatkan oleh sosok perempuan muda saat itu. Atas keberaniannya, rekan-rekannya menyatakan Marsinah lenyap pada pukul 10 malam karena memang tidak pernah kembali lagi setelah bertandang ke Kodim Sidoarjo tersebut.

Selama tiga hari Marsinah menghilang. Pada tanggal 8 Mei 1993 warga dikejutkan oleh penemuan mayat perempuan di sebuah gubuk Kelompok Tani di pinggir hutan Wilangan, Nganjuk. Kodisi mayat sangat mengenaskan akibat penyiksaan. Mayat perempuan muda yang berusia 24 tahun itu adalah Marsinah.

Siapa yang menyangka perempuan muda yang cerdas yang dilahirkan pada tanggal 10 April 1969 itu ajalnya direnggut oleh tangan-tangan kotor rezim biadab Orde Baru. Anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Mastin dan Sumini itu adalah korban dari ketidak-adilan para penegak hukum yang hingga saat ini pelaku pembunuhnya tidak pernah tersentuh oleh hukum.

Marsinah memang sudah tiada, tapi semangat juangnya telah banyak menginspirasi jiwa-jiwa buruh pejuang yang lain. Dan memang sudah sewajarnya jika para aktivis buruh meneruskan cita-cita Marsinah untuk memperjuangakan nasib buruh agar lebih baik, tidak dilecehkan dan bermartabat. Marsinah adalah Pahlawan Buruh, semangatnya akan tetap hidup terus bersemayam di setiap perjuangan buruh. Doa kami; semoga kau damai pahlawan.........***     

Tidak ada komentar: