Jumat, 03 Mei 2013

Dua Puisi : Rumah Yang Pernah Kita Inapi














Oleh : Abu Gybran

(1)
Ini tentang kau dan aku dalam ungkapan
Tentang apa yang pernah kita bicarakan
dibawah temaram sinaran rembulan
Tentang kesungguhan
Tentang segalanya yang berkaitan
dengan janji yang diucapkan
walau pada akhirnya kita tak pernah tahu suatu akhiran
sebab hingga kini janji itu masih berselimutkan
kabut keraguan

(2)
Di tubir jurang curam aku terjerembab
menyelamatkan janji yang bergelayutan
pada ranting pinus
kian meranggas terbakar panas
amarah
membuncah
meruah tumpah
Dimana dirimu? Aku memanggilmu
hingga suaraku penuhi lembah
menelisik hingga lorong gelap, pengap
Jejakmu lenyap!

(3)
Rumah yang pernah kita inapi
masih tercium wangi tubuhmu lekat diatas alas mimpi
Menyakitkan
laron, binatang malam bertingkah mengungkap,
menyingkap
Lembar-lembar cinta pada sayapnya yang rapuh
Sayap-sayapnya jatuh
Kau tahu? Pun cinta kita luruh

(4)
Rumah yang pernah kita inapi
dalam kesaksian remang sinaran rembulan
menerobos celah jendela kayu
Disana rinduku terperangkap
Aku tak tahu lagi harus berkata apa tentangmu
Janji kita ku gantungkan pada kastok tanduk rusa
Jika kelak kau mencarinya kembali
datangi rumah yang pernah kita inapi

(Tangerang, 03 Mei 2013)

Pantai Karang Hawu
Oleh : Abu Gybran

Cemara meliukan tubuhnya
melambai tangan memanggil
membisikkan kata lewat desir angin
Aku yang berdiri di mulut laut kidul
Pantai Karang Hawu
Hati gamang
keras mengarang karang terjal
Sekelumit kisah tertoreh di pasir putih
Sesaat, disapu ombak lenyap menghilang
gamang kian mengarang

Aku tak yakin mampu memburumu
di pusaran laut bayangmu menghilang
dijegal karang
Aku meradang
Rindu mengerang
Kau hanya sebatas bayang yang membayang.

(Pelabuhan Ratu, Oktober 1994)

Tidak ada komentar: