Selasa, 07 Mei 2013

Belum Ada Judul


Oleh : Abu Gybran

Saya sungguh tidak tahu harus memulai dengan kalimat apa untuk menceritakan apa yang hendak disampaikan. Sungguh banyak ide, gagasan dan keinginan dalam isi fikiran saya. Tapi selalu saja gagal ketika saya berusaha menuangkannya dalam bentuk tulisan. 

Banyak faktor yang membuat saya gagal dalam merangkai kata-kata diantaranya adalah kegundahan saya ketika menyaksikan ketidak-adilan menimpa orang-orang yang semestinya mendapatkan perlindungan keselamatan, kebebasan, ekonomi, pendidikkan dan kesehatan dari pemerintah. Saya bukan sok menjadi pemerhati sosial, tapi inilah fakta yang saya saksikan. Betapa perlakuan hukum hanya berlaku tegas bagi mereka yang jelas tertindas. Sepeti pisau tumpul keatas dan runcing kebawah. Inilah wajah hukum kita saat ini.

Belum lama ini terbongkar kasus perbudakkan terhadap buruh pabrik wajan di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Kabupaten Tangerang, Banten. Hingga 6 bulan menurut pengakuan para buruh sebelum terbongkarnya kasus ini mereka mengalami penyekapan. Yang bikin naik darah, ternyata ada dua aparat keamanan yang ikut membeking usaha milik Yuki Irawan ini. Terlepas apakah mereka teman atau bukan dengan pengusaha wajan ini, tapi kedua aparat keamanan ini telah membiarkan perbuatan melawan hukum. Peran kedua aparat keamanan ini berulang-ulang disampaikan oleh para buruh pada awak media.

Ada juga kisah pilu seorang ibu yang sudah tua renta diperkarakan oleh anaknya sendiri lantara menebang pohon yang menghalangi jalan hingga ke persidangan. Ada orang yang mencuri 3 buah semangka langsung diperkarakan, disidang dan diputuskan hukumannya. Dalam hal ini saya sedang tidak membela bentuk-bentuk kesalahan, tapi kenapa tindakkan para pejabat negara terhadap kasus yang dialami orang-orang kecil ini begitu cepat? Sementara kasus para koruptor begitu lambat penanganannya. Hah......!!!

Ternyata benar kata seorang teman; di negeri ini banyak orang pintarnya tapi sedikit orang benarnya. Dengan berat hati saya terpaksa membenarkan opini ini.

Duh...! Saya sudah ngelantur kemana-mana. Jika diteruskan, tulisan ini mungkin akan melantur kemana-mana. Saya tidak ingin menyakiti siapapun. Saya menyadari kapasitas saya sebagai apa. Hanya sebatas rakyat yang jengah melihat praktek-praktek ketidak-adilan yang dipertontonkan oleh para pejabat negara.

Sekarang saya merasa kesulitan bagaimana caranya menutup tulisan ini dengan kalimat penutup yang pas. Bahkan anehnya, untuk memberi judul pun saya kebingungan hingga tulisan ini terpaksa saya akhiri....!!!  

Tidak ada komentar: