Selasa, 22 Maret 2016

Aku Orang Kaya

Oleh: Abu Gybran

Ungkapan 'aku orang kaya', barangkali kedengarannya teramat sombong. Tapi sebenarnya ini hanya ungkapan untuk sekadar memotivasi diri agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi ujian hidup, utamanya adalah ketika diri dihadapkan pada persoalan berkurangnya keperluan dapur. Barangkali tidak akan pusing tujuh keliling jika masih hidup sendiri alias membunjang, tapi ceritanya lain ketika sudah berumah tangga dan beranak-pinak. Kebutuhan pokok mesti terpenuhi, sebab jika berkurang 'ceramah' isteri itu panjang sekali. Terlebih situasi dan kondisi perekonomian saat ini dimana harga-harga kebutuhan pokok terus saja melangit.

Orang seperti aku yang tidak bergaji bulanan, memang selalu asyik menjadi bahan obrolan tetangga. Betapa tidak, aku hanya seorang 'pengacara' alias pengangguran banyak acara.....hehehehe. Bisa makan saja sudah cukup dan alhamdulillah masih diberi rezeki.

Berusaha dan terus bersyukur dengan apa yang aku dapatkan walau barangkali kecil dalam pandangan orang lain, tidak masalah dan memang bukan masalah. Yang penting cukup dan hati utamanya merasa cukup. Kuncinya adalah bersyukur dan inilah yang aku tanamkan pada keluargaku. Memang bukan perkara yang mudah memberi pengertian dan pengajaran pada isteri dan anak-anakku tentang perkara syukur ini. Sebab sedikit banyaknya lingkungan pun ikut serta membentuk 'gaya hidup' harus serba terpenuhi. 

Junjungan Nabi Muhammad saw. memberikan nasehat yang sangat berharga perihal kaya dan fakir. Beliau bersabda: "Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia, namun kaya adalah hati yang selalu merasa cukup". (HR. Bukhori dan Muslim)

Dalam riwayat yang lain Rosululloh saw pernah memberikan nasehatnya pada Abu Dzar ra. Rosululloh saw bersabda: "Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang kaya?" "Betul", jawab Abu Dzar. "Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?" "Betul", Abu Dzar menjawab dengan jawaban yang serupa. Kemudian beliau saw pun bersabda: "Sesungguhnya yang namanya kaya itu adalah kayanya hati. Sedang fakir itu adalah fakirnya hati". (HR. Ibnu Hiban)

Kaya hati adalah hati yang selalu mersa cukup dan fakirnya hati adalah hati yang tidak pernah merasa cukup.

Oleh karenanya, tidak salah jika aku mengatakan bahwa aku ini orang kaya. Sebab aku selalu 'merasa' cukup. Hehehehe.......kedengarannya mungkin lebay. Tapi memang demikian, saat ini aku sedang berusaha dan terus belajar untuk selalu mengarahkan hati pada rasa cukup itu.

Bukan tidak mau atau menolak untuk kaya harta dan memang tidak ada larangan untuk itu, tapi untuk apa jika hati terus meronta karena mersa kurang terus. Capek....!!!!  

Ibnu Hajar Asqolani mengatakan bahwa orang yang disifati dengan kaya adalah orang yang selalu qona'ah (merasa puas) dengan rezeki dari Allah swt beri. Tidak tamak untuk menambahnya tanpa ada kebutuhan. Dia selalu ridho terhadap pembagian Alla swt. Orang seperti inilah seakan-akan kaya untuk selama-lamanya. Demikian................

Tidak ada komentar: