Rabu, 09 April 2014

Ketika Aktivis Buruh Menjadi Relawan Capres

Oleh: Abu Gybran

Menjelang Pilpres 2014, banyak cara dan gaya dari Capres untuk menarik simpati pemilihnya. Bahkan Parpol pendukung getol mengkampanyekan 'jagoannya' tentu dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Keburukan-keburukan Parpol pendukung selama perjalanan 5 tahun kebelakang berusaha ditutupi sebisa mungkin. Lagi, rakyat disuguhi pencitraan Parpol yang menipu. Saling serang, saling sikut antar Parpol di media massa menjadi tontonan yang menarik untuk disimak.

Suara Buruh
Suara buruh menjadi incaran Parpol saat ini, bahkan diperebutkan. Pemilu sebelumnya pemilih dari basis buruh tidak menjadi target utama, mungkin dilirikpun tidak. Sebab sebelumnya suara buruh masih cair dan mudah diarahkan oleh penggiat politik yang bukan dari kalangan buruh kemanapun. Buktinya, Pemilu sebelumnya tahun 2009 ada pergerakkan 'Buruh Pilih Buruh', sebab saat itu ada beberapa aktivis buruh yang maju menjadi Caleg, tapi pergerakkan ini boleh dikatakan gagal.

Tapi tidak untuk tahun 2014 ini. Buruh sudah menggeliat dan berusaha untuk melek politik. Hal ini dibuktikan dengan kembali semaraknya aktivis buruh yang maju menjadi Caleg. Walau terlihat disana-sini masih terkesan dipaksakan. Dengan pengawalan induk organisasi buruh, buruh diarahkan untuk dapat meraih kursi anggota dewan.

Aktivis Buruh Menjadi Relawan Capres
Seperti yang saya sindir diawal catatan ini, Capres dari berbagai Parpol sudah mulai tebar pesona dengan cara-caranya sendiri. Mulai dari 'blusukan' yang ngetren dilakukan hingga ngobral janji-janji. Lantas, apa kaitannya dengan organisasi buruh atau aktivisnya yang men-deklerasi-kan dengan 'sukarela' menjadi Relawan Capres yang mereka dukung? Bahkan dalam pandangan saya yang juga sebagai buruh, saya melihatnya hal ini sudah kebablasan. Saya sedang tidak mengatakan buruh tidak boleh berpolitik, tapi jika aktivis buruh sudah menyeret-nyeret organisasi buruh untuk berpihak pada salah satu Capres yang dijagokan Parpolnya, bukankah ini sudah kebablasan? 

Buruh dan organisasinya bisa berkibar dengan segala kebebasannya sampai saat ini, itu karena organisasi Serikar Buruh yang independen. Tidak menginduk atau mengekor pada salah satu Parpol seperti masa Orde Baru dulu. Barangkali lain halnya kalau buruh atau Serikat Buruh memiliki Parpolnya sendiri. Saya tidak percaya apa yang dilakukan oleh beberapa aktivis buruh saat ini yang menjadi Relawan Capres kalau tidak ada embel-embel tertentu baik untuk aktivis buruh itu sendiri atau organisasi Serikat Buruhnya.

Kesannya teramat jelas, kalau buruh-buruh yang berada di akar rumput sedang dipaksa dan diarahkan untuk mendukung dan berpihak pada salah satu Capres yang didukung oleh aktivis mereka. Apa untungnya untuk organisasi Serikat Buruh? Pertanyaan ini selalu mengusik hati saya. Saya yakin jawabannya pun pasti beragam dan itu hanya sebatas kilah untuk menutupi perselingkuhan dengan Parpol pendukung Capres. 

Kawan, jangan kau gadaikan kepercayaan buruh.......!!!   

Tidak ada komentar: