Jumat, 04 April 2014

Satu Menit Menuju Syurga

Oleh: Abu Gybran

"Manusia dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Kebesaran jiwa mereka yang menentukan karya besar mereka itu memang besar. Di mata orang-orang kerdil, masalah-masalah sepele menjadi besar. Bagi yang berjiwa besar, masalah-masalah besar terlihat kecil." (Abu Thayyib Al-Mutanabi)

Umat Islam adalah umat besar berlimpah cahaya gemerlap. Tapi pada saat orang lain berjalan bahkan berlari dalam gelap, justru kita tengah terlelap bermandikan cahaya. Kita memiliki Al-Qur'an di lemari kita, kitab-kitab hadits di rak-rak buku kita dan banyak pengajian terselenggara di mana-mana tetapi kenapa kemajuan yang signifikan tak begitu terasa?

Ketika kaum muslimin sibuk dalam perkara sepele dengan meninggalkan kewajiban besarnya, itulah bencana di atas bencana dan musibah bertumpuk musibah. Kontradiksi Islam dengan umatnya. Ia tercela oleh akhlak buruknya. "al-Islamu mahjubuun bil muslimin" (Muhammad Iqbal). Ini sangat berbeda dengan peran Rosulullah SAW dengan para sahabatnya dalam memunculkan peradaban terbaik dan menyejarah.

Dunia membutuhkan Islam yang nyata. Islam yang aplikatif yang membawa kebaikan, menebar rahmat semesta alam untuk mengobati peradaban Barat modern yang sakit jiwa akibat menggunakan sistem buatan manusia. Sebagaimana disinggung oleh DR. Alexis Carel: "Para ahli ekonomi menyadari bahwa pikiran, perasaan dan penderitaan membutuhkan sentuhan spiritual. Keadaan bar-bar yang menguasai lingkungan hidup kota besar, bahkan kini sudah merambah sampai pelosok desa. Tirani pabrik dan kantor, hilangnya martabat dan moral yang kemudian diganti dengan ukuran ekonomi. Akal sehatpun hilang diganti dengan uang."

Globalisasi yang melahirkan peradaban modern meski disatu sisi memberikan kontribusi dalam kehidupan, namun satu hal yang paling mencekam adalah hilangnya nilai Ilahiyah (Ketuhanan) dari peradaban. Tugas kita kini adalah bangkit. "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala yang diusahakannya dan mendapatkan siksa yang dikerjakannya." (Al-Baqoroh: 286)

"Agama Islam mengakui manusia sebagai manusia, buuukan sebagai binatang, malaikat atau syetan. Islam mengakui manusia sebagaimana hakikat yang sebenarnya, dengan segala kekuatan dan kelemahannya" (Asy-Syahid sayyid Qutub). Itulah cara pandang Islam menempatkan manusia dalam posisi kemanusiaanya, bukan sebagai yang lainnya.

Kesibukan yang Sia-Sia
"Tidak adanya kesibukan bagi kaum pria akan membawa pada kelalaian, sedang bagi kaum wanita akan membawa kepada hal-hal yang memuaskan syahwatnya." (Umar bin Khottob)

Ketika Hasan bin hannan melewati sebuah rumah yang baru selesai dibangun, beliau berkata dalam hatinya: "Kapan rumah ini dibangun?" Merasa pertanyaannya itu tidak berguna, maka kemudian beliau menegur dirinya sendiri: "Kenapa kau tanyakan sesuatu yang tidak berguna untuk dirimu? Maka akan kujatuhkan sanksi pada dirimu dengan berpuasa setahun."

Umat islam sekarang berada pada posisi yang sangat mengkhawatirkan, terjerumus pada hal-hal yang melenakan sehingga membuat hati menjadi keras. Hati-hatilah dengan waktu kita sebab "Ada dua nikmat yang menyebakan manusia tertipu didalamnya yakni kesehatan dan kesempatan" (HR. Bukhori)

Perhatikan Satu Menit dari Umur Kita
Tamim Ad-Dary ketiduran pada suatu malam hingga pagi hari, sehingga dia tidak sampai shalat tahajjud. Maka hukuman atas kelalaian dan keteledorannya, ia tidak pernah tidur malam selama setahun.

Betapa sia-sianya hidup kita ketika melewatkan setiap menit dan detik tanpa satu amalanpun. Kebaikan yang sering terlewatkan adalah:

1. Membaca satu atau dua ayat yang berisi puluhan huruf, satu huruf bernilai sepuluh kebaikan, bernilai 25 kebaikan jika berwudhu dan berharga 100 kebaikan perhuruf jika dibaca dalam shalat.

2. Membaca "subhanallah wa bihamdihi" bisa seratus kali kurang dari satu menit dengan limpahan pahala yang luar biasa. "Barangsiapa yang mengucapkan subhanallah wa bihamdihi seratus kali, maka Allah akan mengampuni dosanya meskipun seluas samudra." (Al-Hadits)

3. Coba perhatikan dalam satu menit saja kita membaca Al-Fatihah dengan tartil, baik dan jelas sebanyak 7 kali, menurut para ulama kebaikan yang tersimpan dalam Al-Fatihah ada 1400 kebaikan. Silakan kalikan 7

4. Kebaikan dalam menunggu waktu shalat

Dari Annas ra. Sesungguhnya Rosulullah SAW pada suatu malam mengakhirkan shalat isya sampai pertengahan malam. Kemudian seusai shalat beliau menghadap pada kami dengan wajahnya seraya bersabda: "Orang-orang telah shalat dan tidur, sedang kamu sekalian senantiasa tetap dalam keadaan shalat sejak kalian menunggunya." (HR. Bukhori)

Orang yang menunggu dilaksanakannya shalat berjama'ah sampai dia melaksanakannya, maka status penantiannya adalah ibadah yang nilai ibadahnya seperti nilai mengerjakan shalat. Inilah yang membedakan mukmin dengan orang-orang munafik.

Saudaraku, masih banyak kebaikan dalam satu menit yang kita lewati, maka jangan sampai terlewatkan oleh umur kita kecuali terisi dengan kebaikan yang banyak. Jangan meremehkan kebaikan walau sekecil apapun. Sebab bisa jadi  justru yang kecil itulah yang dapat mengantarkan kita ke syurga yang Allah janjikan.***
   
     

Tidak ada komentar: