Senin, 16 Juni 2014

Salam Manisku

Oleh: Abu Gybran
















Salam manisku untuk matahari yang setia menyinari
menghangatkan jiwa yang membeku, hampir mati
Karena terlalu banyak rasa terkuras menghalau sepi
saat kau tak pernah hadir lagi dalam mimpi
Malam-malam tanpa hiasan bulan, menyendiri

Salam manisku untuk matahari yang setia membangunkan
dari gundah yang meresah jiwa
Haru menyeruak terasa sekali berada dalam dekapan tulus
Selimut hangat yang membungkus
Walau kerap gerimis bertingkah mengiris-iris
tipis daun-daun palem basah
Belalang kesepian di tanah lapang, kosong
bergelayut pada lengkung daun ilalang
sendiri
Kehilangan rona senja

Salam manisku untuk matahari yang setia menemani
Kiranya kehangatan lebih dari cukup untuk melewati dinginnya angin malam
Bayang-bayang masa lalu mengusik bergelayut di langit-langit kamar
Aku sudah tak perduli
Sepi sudah menjadi bagian dalam tiap desah napasku
mendapatkan ketenangan, kedamaian dan kesempurnaan batin mengalir syahdu
Menikmati dialog dengan jiwaku sendiri

Salam manis untuk matahari yang setia menyapa pagi
Kudapati diri dan jiwaku pada putihnya bunga melati
Tak ada lagi resah yang meresah
Tak ada lagi rana yang merana dan
Tak ada lagi gundah yang menggulana
Aku bahagia

(Tangerang, 16 Juni 2014)  

Tidak ada komentar: