Selasa, 26 Agustus 2014

Hilang di Separuh Jalan

Oleh: Abu Gybran






















Lihat di sana
Dia sendiri dalam kepungan sepi. Bibirnya bergetar, entah apa yang diucapkan
Di sudut sana, di atas ranting kering burung kecil khidmat menatapnya
Tak bersuara, hanya menatap. Sebab dia tahu, perempuan muda yang ditatapnya itu hatinya sedang merapuh
Ada yang ditunggu
Rindu telah meruntuhkan segala asa
Hingga tak tahu lagi makna rindu bagian dari cinta. Kesetiaan hilang di separuh jalan
Burung kecil berusaha mencari tahu sebabnya, dia tak menemukannya

Sayup kepakkan sayap belalang memecah sunyi
Desah napas panjang perempuan muda mengakhiri kesendirian. Bibirnya diam tak lagi bergetar
Waktu telah mengalahkannya; untuk apa menunggu?
Jangankan mendulang rindu, yang ada rindu telah meruntuhkannya
Dia sudah tak mau lagi disetubuhi oleh sepi
Sepi yang melahirkan derita panjang yang melelahkan

Di atas ranting kering, burung kecil tak nampak lagi
Dia sudah tahu jawabannya; cinta tak sampai
Selalu berulang pada ruang dan waktu yang berbeda; beda pula jalan ceritanya
Syukur, perempuan muda itu telah menyadarinya
Dia berterima kasih pada kepakkan saya belalang yang membangunkannya dari penantian panjang
Dari kepungan sepi

Ya, untuk apa menunggu
Jika tak mampu mendulang rindu membawanya pada altar pelaminan cinta

(Tangerang, 26 Agustus 2014)  
 

Tidak ada komentar: