Rabu, 07 Januari 2015

Tarian Hujan di Akhir Desember

Oleh: Abu Gybran

















Belum mereda, masih menari hujan bersama angin
saat senja di akhir Desember
Banyak resah berkeliaran dalam hati yang melemah
Sulit dibedakan apakah hanya sekadar ujian atau kesalahan dalam menentukan pilihan?
Keputus-asaan kerap datang menyapa; sudah tidak ada harapan
Sudah habis tergerus keruhnya air ke arah hilir
Dibalik hujan, kusampirkan sepotong doa
Tuhan, sisakan sedikit saja napasku untuk menyelesaikan pekerjaan tertunda
Melukis lengkung senyum mereka yang berlindung di bawah telapak tanganku
Duh...aku jumawa !
Betapa mereka terlunta.
Dalam catatan mendekati penghujung jalan aku tersadarkan.

Tarian hujan di akhir Desember
Melukai hati tanpa ampun. Menghujam tajam tusukan pisau masa lalu
dalam balutan nafsu yang menipu. Duh....aku telah tertipu !
Kiranya memang pantas disematkan pada diri atas segala kejumawaan
Kesombongan, keangkuhan dan hitamnya jiwa dalam lumuran dosa
Basahi dan hujani aku.
Melarung kesialan pada keruhnya air ke arah hilir

Ini adalah akhir laku kesombongan, semoga
Saat hujan terhenti tak ada lagi ringis karena menahan dalamnya luka
Berdamai dengan diri
Memaknai tiap lembaran-lembaran yang sarat dengan guratan masa lalu
Melalui jendela kayu yang merapuh
Menatap hujan yang didera gelisah, melepaskan segala beban
Melarungkan amarah dan kesombongan
Pada air hujan yang mengalir ke hilir
Menapak pada jalan bijak sebagai upaya terakhir
memuliakan diri yang telah luluhlantak
Menikmati sisa nafas yang masih tersisa
dalam tarian hujan di akhir desember..

(Tangerang, 7 Januari 2015)
    

Tidak ada komentar: