Jumat, 15 Juli 2011

Nisfu Sya'ban

Shalat 100 Roka'at Pada Malam
Nisfu Sya'ban Adalah Bid'ah.
Oleh: Abu Gybran

Tadi pagi saya ketemu dengan seorang teman/tetangga dijalan saat berangkat kerja. Dia menyampaikan pesan kepada saya agar malam Minggu nanti (16/07/2011) diusahakan agar datang ke Masjid At-Taqwa diperumahan Taman Cikande, Jayanti-Tangerang.  Dia tahu kalau tiap malam minggu saya mempunyai kegiatan lain diluar komplek perumahan.

"Jangan sampai tidak datang, ustadz, itu 'kan malam nisfu sya'ban. Rencananya DKM akan merayakan malam itu dengan dzikir-dzikir dan shalat 100 roka'at," pesannya serius.

"Insya Allah', jawab saya singkat dengan dibarengi senyum.

Dikendaraan Angkot, menuju pabrik, saya masih terus mengingat-ngingat pesannya yang menurut saya agak ganjil, yakni pelaksanaan shalat 100 roka'at pada malam nisfu sya'ban. Kenapa? Karena saya belum pernah menemukan dalil yang khot'i terkait dengan masalah ini.

Berikut beberapa penjelasan yang dapat saya sajikan dari berbagai sumber bacaan yang berkenaan dengan malam nisfu sya'ban.

Keutamaannya
Tentang keutamaannya; ada beberapa sumber hadits yang menurut sebagaian ulama adalah haditsnya mempunyai derajat shahih. Sebagaimana hadits yang disampaikan oleh Aisyah ra. : Suatu malam Rosulullah saw, shalat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rosulullah saw telah diambil. Karena curiga maka aku gerakan jari telunjuknya dan ternyata masih gerak. Setelah beliau selesai shalat lalu bersabda: "Hai aisyah, engkau tidak dapat bagian". Lalu aku menjawab: "Tidak ya, Rosulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau malam apa sekarang ini?" Aku menjawab: "Rosulullah saw yang lebih tahu". Kemudian beliau bersabda: "Malam ini adalah malam nisfu sya'ban. Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Allah memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang kepada mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki". (HR. Baihaqi). Menurut perawinya hadits ini berderajat mursal.

Kemudian hadits yang disampaikan oleh shahabat Ali ra, bahwa Rosulullah saw bersabda: "Malam nisfu sya'ban, maka hidupkanlah shalat dan puasalah pada siang harinya. Sesungguhnya Allah turun kelangit dunia pada malam itu, lalu Allah berfirman: "Orang yang minta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan, maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing". (HR. Ibnu Majah, dengan sanad yang lemah)

Pendapat-Pendapat
Syeikh Athiyah Saqor, berpendapat bahwa, hadits lemah seperti dua hadits diatas dapat digunakan untuk fadhilah amal (keutamaan amal).

Jumhur ulama memakruhkan berkumpul-kumpul dimasjid untuk menghidupkan malam nisfu sa'ban (al Mausu'ah al Fiqiyah II/254).  Akan tetapi Imam Hanafi dan Maliki menegaskan pendapatnya bahwa perbuatan ini adalah bid'ah.

Pendapat lainnya adalah dari Kholid bin Ma'dan dan Lukman bin Amir serta Ishak bin Rohawaih, menganjurkan untuk menghidupkan malam nisfu sya'ban dengan berjama'ah. 

Pelaksanaannya
Merayakan/menghidupkan malam nisfu sya'ban adalah dengan memperbanyak ibadah; dzikir, shalat malam dan puasa disiang harinya. Hal ini Rosulullah melakukannya sendiri, yakni tidak berjama'ah seperti yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin. Terlebih jika melaksanakan malam nisfu sya'ban dengan berlebih-lebihan seperti shalat 100 roka'at dengan berjama'ah, jelas hal ini adalah bid'ah karena beliau tidak melakukan ini. Syeikh Abdurrahman bin Ismail al Muqoddisi telah mentahqiq masalah ini. Dan tidak ada keterangan terkait do'a-do'a yang khusus untuk malam nisfu sya'ban, artinya cukup dengan do'a-do'a umum terutama do'a yang telah Rosulullah saw contohkan.

Sebagaimana telah disinggung diatas, bahwa mengkhususkan sholat malam pada malam nisfu sa'ban bukan berasal dari pekerjaan Rosulullah saw ataupun para shahabatnya. Perbuatan ini hanya dilakukan pada sekelompok Tabi'in, khususnya para fuqoha yang berasal dari Syam (Fatwa al Azhar, X/31).

Barangkali ada yang terlupakan oleh umat islam, bahwa malam nisfu sya'ban merupakan malam yang bersejarah berpindahnya qiblat dari Masjid Al Aqsho ke arah Ka'bah. Dan malam nisfu sya'ban sejatinya merupakan ujian bagi kaum umslimin atas berpindahnya qiblat ini. Firman Allah: "Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata; apakah yang memalingkan mereka dari qiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berqiblat kepadanya? Katakanlah: kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya kejalan yang lurus", (Al Baqoroh: 142)

Kesimpulan
Menghidupkan malam nisfu sya'ban dianjurkan, seutamanya adalah dilakukan sendiri-sendiri. Akan tetapi jika mengkhususkan amalan hanya pada malam nisfu sa'ban  saja seperti shalat 100 roka'at, dzikir-dzikir  serta do'a, ini termasuk bid'ah karena tidak dicontohkan oleh Rosulullah saw.

Malam nisfu sya'ban merupakan sejarah yang bisa diambil hikmahnya karena terkait dengan perpindahan arah qiblat bagi kaum muslimin. ***


Tidak ada komentar: