Selasa, 29 April 2014

Membunuh Sepi

Oleh: Abu Gybran


















Dikeramaian, ditengah tawa ceria dan kesibukan mereka
Tingkah bising mesin bor si pekerja melubangi bilah besi
dan di sebrang sana, di tanah kosong
seekor belalang berayun diujung daun ilalang
Sepi  telah membungkam rasa
duniaku sudah kehilangan warna 
masa lalu hitam telah melumpuhkan diri
Terdiam dalam ketidakwajaran
Begitu dalam arti kehadiranmu hingga aku tak percaya bahwa itu hanya sesaat
Sekejap lenyap dalam senyap, hanya wangi tubuhmu yang masih kuingat

Aku bergerak
aku mendengar
aku melihat
aku bicara
Tapi hatiku seperti ruang kosong

Kau telah meninggalkan gumpalan-gumpalan sepi yang menggurita
Menggurah bukan hal yang mudah
tapi aku percaya bisa melakukannya, bahkan membunuhnya
Membunuh sepi
Mengubur namamu di bawah tempat tidur, ranjangku
aku tertidur dengan mimpi-mimpi yang lain

(Tangerang, 28 April 2014)

 













Menggurah Sepi
Oleh: Abu Gybran

Sudah terlalu lama membeku
gumpalan-gumpalan sepi menggurita
mendera rasa, hati hampir saja mati jika embun pagi tak menyapa
Ya, embun pagi yang bergelayut diujung kembang kamboja
Menyadarkan jiwa dari ketidakwajaran, mengasingkan diri menyendiri
hanya lantaran kau pergi
Meninggalkan cerita yang melena

Menggurah sepi dengan ramuan senyum tulus embun pagi
dengan kebeningan jiwa tanpa paksa
Aku mendapatkannya dalam kesejukan usai gerimis
Lega, sebab kini sepi tak lagi mendominasi
Aku kembali melihat langit penuh warna
lengkung pelangi menjelang akhir senja

Embun
terima kasih telah berani mengisi ruang-ruang kosong
jiwaku yang hampir mati.

(Tangerang, 29 April 2014)


Tidak ada komentar: