Rabu, 03 September 2014

Surat Terbuka Buat Guru SDN IV Cikande

Oleh: Abu Gybran

Rambut Anak Saya Digunting acak.....???

Bapak dan Ibu guru, ini soal rambut anak saya, Qadhafi 'Gybran' Gibraltar yang sekarang duduk di kelas VI. Kemarin sore, 02 September 2014, dia memperlihatkan rambutnya yang rusak kepada saya, bapaknya. Dia menerangkan bahwa rambutnya digunting acak oleh gurunya. Alasannya karena rambutnya sudah panjang. Padahal menurut saya, rambut Gybran belum panjang seberapa. Masih pantas untuk ukuran anak SD.

Maaf sebelumnya, saya sebagai orangtua murid tidak bermaksud untuk ikut campur dalam aturan disiplin sekolah pada muridnya. Bukankah ada cara lain yang lebih baik yang bisa diterapkan pada murid laki-laki yang dinilai berambut panjang agar mereka memotong rambutnya. Menurut saya, kepantasan rapi dan tidaknya rambut panjang pada murid laki-laki itu adalah relatif. Bisa disebut gondrong atau panjang tentu ada batasannya. Apakah mereka tahu batasan rambut panjang itu seberapa? Sebab bukan hanya sekali anak saya mengalami hal serupa, sering. Padahal anak saya belum sampai dua bulan memotong rambutnya di kios Pangkas rambut.

Bapak dan Ibu guru, barangkali cara pandang kita berbeda soal disiplin yang berkaitan dengan kerapian rambut pada anak laki-laki usia SD. Saya juga seorang guru di Madrasah Ta'limul Qur'an di Cikande. Bagi saya, jika rambut anak laki-laki panjang tapi masih dalam kewajaran dan rapi, juga yang terpenting tidak mengganggu proses mereka belajar, tentu hal ini jangan dijadikan masalah. Tapi kalau sudah mengganggu proses mereka belajar, rambut menghalangi pandangan mata misalnya; wajar dan sudah menjadi kewajiban guru untuk menegur dan memberikan perintah kepada murid untuk memotong rambutnya. Tentu dengan cara-cara yang mendidik yang tidak menimbulkan trauma ketakutan bagi murid. Menggunting dengan acak rambut murid di kelas di hadapan teman-temannya, bukan cara yang baik. Hal ini akan menimbulkan dampak psikologi yang kurang baik pula pada anak. Korban akan merasa dilecehkan, direndahkan karena ditertawakan oleh teman-temannya yang lain. Kalau sudah begini maka konsentrasi belajar pun akan buyar. Maka yang sangat dirugikan adalah murid yang menjadi korban dan tentu juga orangtuanya.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas bimbingan belajar Bapak dan Ibu guru terhadap anak saya, Qadhafi 'Gybran' Gibraltar. Saya memahami bahwa tugas seorang guru itu tidak ringan, tapi ini merupakan tugas mulia yang harus diemban. "Pahlawan tanpa jasa," salam hormat dan maaf saya untuk Bapak dan Ibu guru. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Amin ***


    

Tidak ada komentar: